48• Dilla

6.8K 1K 106
                                    

[EMPATPULUH DELAPAN]




NASYA merasa seakan waktu berhenti. Memandangi bagaimana seorang Derren yang tengah membawa sebuah nampan berisikan dua gelas kopi membuat Nasya percaya jika malaikat benar-benar ada. Memperhatikan cara cowok itu berjalan sembari menatapnya dari jarak yang cukup jauh, seakan tak memperdulikan wanita-wanita cantik di sekitar yang kini sudah curi-curi pandang ke arahnya.

Penampilannya yang gagah dengan jaket kulit hitam ditubuhnya, menambah kesempurnaan sosok Derren pada sore menjelang malam ini. Wajar jika membuat seorang Nasya kini mulai sulit bernapas.

Karna tak ingin mati kekurangan oksigen, gadis itu memilih menghindari tatapan. Menemui logo Cherry Street Coffee House yang terpampang jelas di atas pintu masuk cafe ini.

"Kenapa dari semua tempat, lo bawa gue kesini?"

Berencana untuk terlihat seperti gadis 'normal' pada umumnya, Nasya memutuskan untuk memulai pembicaraan tepat saat Derren meletakkan gelas kaca berisikan Ice Americano dihadapannya.

"Gue gak tau banyak tentang Cafe, cuman tempat ini yang muncul diotak gue."

Dengan tangan yang sudah terlihat mengaduk minumannya, Nasya hanya mampu menganggukan kepalanya singkat. Mulai mencoba untuk mengumpulkan niatnya.

"Sya?"

"Sebelum lo ngomong, gimana kalo gue duluan?" potong Nasya entah yang ke berapa kalinya.

Dan Derren hanya bisa menatap bingung ke arah Nasya saat gadis itu mulai merubah posisi duduknya menjadi tegak. Tak lupa dengan kedua tangan yang terlihat ia letakkan sopan diatas meja.

"Gini--" Nasya memulai, memberanikan diri untuk menatap manik cokelat terang dihadapannya, "Atas apapun yang terjadi semalem, gue minta maaf. Gue gak tau kalo ternyata gue bisa berubah jadi seagresif itu karna pengaruh alkohol. Jadi, kalo lo sekarang mau marah atau mau maki-maki gue, gue bakal terima."

Mendengar permintamaafan yang tak semestinya, menghadirkan alis terangkat Derren. Ia benar-benar tak paham mengapa Nasya menganggap dirinya marah, sedangkan ia juga dapat dibilang ikut andil ke dalam masalah yang 'hampir' terjadi itu.

"Kenapa gue harus marah?"

Sontak, kepala yang sempat tertunduk lesu itu kembali terangkat sempurna. Tak lupa dengan tatapan terkejudnya kala Derren justru memberikan respon diluar dari dugaannya.

"Karna ada orang asing yang nyium lo sembarangan."

Atas jawaban konyol itu, Derren menaikan senyum kecilnya.

"Gue gak sebodoh itu untuk biarin 'orang asing' nyium gue sembarangan."

Sekali lagi, otak Nasya dipaksa harus bekerja keras demi memecahkan teka-teki ini.

"Bukannya semalem lo udah nolak gue? Buktinya lo--" Nasya kembali menurunkan nadanya, "Gak mau."

"Gue bukan nolak dan gue bukan gak mau, gue cuman butuh persiapan."

"Persiapan?"

Dengan singkat cowok itu mengangguk, "Persiapan untuk bangkit dari masa lalu gue. Itu gak mudah, Sya."

Semenjana (END) / Sudah pindah ke aplikasi DREAME/INNOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang