[EMPATPULUH TUJUH]
DENGAN setelan baju seadanya yang dapat ia temukan di dalam susunan teratas pada koper milikinya, Nasya secepat kilat merapihkan dirinya didepan cermin yang tergantung diatas wastafel kamar mandi.
Sudah tak lagi memperdulikan penampilannya pagi ini meskipun waktu masih menunjukan pukul enam lebih tiga puluh pagi, Nasya memilih untuk melanjutkan langkahnya.
Terlihat menenteng wedges hitam itu di kedua tangannya, tak lupa dengan mata yang kini tengah waspada terhadap sekitar.
Berjalan mengendap-ngendap layaknya maling, tak ingin ada satu orangpun yang terbangun dan melihat dirinya, terutama jika orang itu adalah Derren.
Rasa malu akibat kejadian semalam, benar-benar menampar Nasya kuat. Membuat gadis itu enggan untuk berhadapan dengan sosok yang sudah membuatnya tak dapat memejamkan mata barang semenitpun.
Jadi, memilih untuk menghindari Derren pada pagi ini adalah hal yang Nasya pilih. Meski terkadang, tidak semua rencana selalu berjalan dengan apa yang ia targetkan.
Karna setelah berhasil melewati ruang tamu tanpa adanya gangguan, suara bariton itu terdengar menyapanya tanpa dosa kala dirinya hampir saja meraih gagang pintu utama rumah mewah ini.
"Mau berangkat?"
Dengan sigap, Nasya menegakkan posisinya, terbelalak saat sosok itu tanpa aba memunculkan dirinya.
"Lo....udah bangun?"
"Kok gak minta anterin gue?"
"Gue sibuk, kan lo tau gue panitia. Jadi berangkat pagi."
Dengan pertanyaan dan jawaban yang terdengar tidak sinkron itu, Derren terlihat nengernyitkan dahinya. Memandangi Nasya dari ujung kaki sampai ujung kepala dengan curiga.
"Gue ambil kunci mobil dulu."
"JANGAN!" seru Nasya dengan suara lantangnya, sangat amat tak menyetujui apa yang baru saja akan Derren lakukan, "Gue berangkat sendiri aja."
"Kenapa?"
"Hm?" geming gadis itu bingung mencari alasan, "Mau naik ojek online, takut telat."
"Yaudah gue anterin pake motor, bentar."
"GAK USAH!" tolak Nasya terlalu semangat untuk kedua kalinya, sudah mulai kesal dengan kadar ketidakpekaan yang cowok itu miliki.
"Kenapa lagi?"
"Ya itu, nanti kita digosipin deket lagi sama anak-anak kampus."
Alasan tak masuk akal yang jelas semakin menghadirkan tatapan curiga dari arah Derren, "Sejak kapan lo perduli sama gosip?"
Bodoh memang, semua makhluk di dunia ini juga mengetahui kalau seorang Renasya Agnalia adalah gadis yang 'bodo amat' dengan sekitar. Terlalu bodo amat malah.
"Ya pokoknya gitu deh--" bingung Nasya kesal, "Gue berangkat ya? Bye."
"Tunggu," tahan cowok itu dengan cara menutup kembali pintu yang sempat Nasya buka, "Lo gini karna kejadian semalemkan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Semenjana (END) / Sudah pindah ke aplikasi DREAME/INNOVEL)
Romance[FOLLOW SEBELUM MEMBACA! BIASAKAN HARGAI KARYA ORANG DENGAN MEMBERIKAN DUKUNGAN KEPADA PENULISNYA] [PLAGIAT AKAN MENDAPATKAN SANKSI, JADI HATI-HATI^^] Renasya Agnalia, mahasiswi semester 4 jurusan Fashion Design yang memiliki hobi: ✔️Merokok ✔️Clubb...