[TIGAPULUH TUJUH]
"HAI, Derren?"
Niat awal Derren yang semula ingin cepat-cepat keluar dari dalam ruangan ini begitu kelas usaipun terurungkan begitu seorang gadis berkacamata tiba-tiba menghampirinya.
Tak lupa dengan senyum yang mengembang sempurna dan tatapan mata berbinarnya, serta beberapa buah buku tebal yang tengah gadis itu peluk.
"Nomor lo gak aktif ya semalem?" tanya gadis berambut ikal itu yang segera menghadirkan kerutan dahi dari arah sang lawan bicara.
"Lo--" cowok itu menjeda ucapannya, "Siapa?"
Hampir membulatkan matanya tekerjud kala sosok tampan dihadapannya itu melupakan dirinya secepat itu.
"Lo ngidap Prosopagnosia?"
Hampir saja mendengus kala tebakan asal itu menyapanya, Derren mencoba untuk meyakinkan penglihatannya sekali lagi, "Kita pernah ketemu?"
"Gue Sheila, temen satu kelompok lo!" tegas gadis itu geram, "Lupa juga kalo kemarin lo tulis nomor telfon lo dibuku gue?"
"Sheila?" beo cowok itu bingung, "Oh, yang dikantin?"
Sempat berdecak heran dengan kepikunan yang manusia tampan itu miliki, Sheila terlihat memicingkan matanya.
"Kenapa? Ada yang mau lo tanyain?"
"Gue udah buat bahan untuk persentasi besok," ujarnya sembari menyerahkan satu buah flashdisk berwarna putih kepada cowok itu, "Coba lo cek, kalo ada yang kurang bisa kabarin gue."
Tanpa mengatakan apapun, cowok itu terlihat meraih pemberian Sheila sebelum meletakkan benda kecil itu di dalam saku kemejanya.
"Atau--" sambung Sheila terputus, "Nanti malem kita bisa bahas bareng-bareng."
"Nanti malem?" beo cowok itu bingung, "Besok pagi aja gak bisa? Kelas Bu Deanda siangkan?"
"Iyasih siang, tapi bukannya lebih matang persiapannya malah lebih baik?" kata Sheila masih berusaha, "Kan bisa ngerjain sambil ngopi-ngopi cantik gitu."
"Sorry, tapi gue gak suka pergi ke cafe," respon Derren jujur, "Lo tenang aja, nanti malem gue periksa, abis itu gue bikinin rangkuman singkatnya."
Merasa sudah selesai bernegosiasi dengan gadis satu kelompoknya itu, lirikan singkatpun sempat menyapa jam tangan yang melingkar pada pergelangannya.
Sudah pukul tiga sore dan dirinya merasa harus cepat kembali menuju rumahnya. Tidak ingin membuat gadis itu menunggu lebih lama.
"Gue cabut duluan." pamit cowok itu yang segera berniat untuk beranjak, namun saat cengkraman itu tiba-tiba saja menyapa lengannya, niat untuk beranjakpun tertahan.
"Gu-gue suka sama lo!"
Dengan penuh keterkejutan, kepala cowok itu nampak kembali terputar, berhasil mendapati wajah murung itu yang terlihat tengah menatapnya intens.
Beralih pandang ke arah lengannya yang saat ini tengah disentuh oleh gadis bernama Sheila itu. Mulai merasakan sesuatu yang tak nyaman.
"Dan sorry, gue juga gak suka disentuh." sindir Derren keras sembari melepaskan cengkraman itu.
"Gue duluan." dan sekali lagi, hanya pamitan itu yang berhasil Sheila dapatkan.
Sebelum sosok itu perlahan berjalan menjauhinya dan berakhir menghilang keluar kelas.
Tidak dengan Sheila yang kini memasang wajah terlukanya, Derren masih bersikap dengan tenang.
Terlihat melangkahkan kakinya menuju mobil putihnya tanpa memperhatikan sekitar. Karna yang dirinya pikirkan saat ini, hanya untuk cepat sampai menuju rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semenjana (END) / Sudah pindah ke aplikasi DREAME/INNOVEL)
Romance[FOLLOW SEBELUM MEMBACA! BIASAKAN HARGAI KARYA ORANG DENGAN MEMBERIKAN DUKUNGAN KEPADA PENULISNYA] [PLAGIAT AKAN MENDAPATKAN SANKSI, JADI HATI-HATI^^] Renasya Agnalia, mahasiswi semester 4 jurusan Fashion Design yang memiliki hobi: ✔️Merokok ✔️Clubb...