26| Perlahan Mencair

7.5K 992 44
                                    

[DUAPULUH ENAM]




"OMA! Coba liat deh, Aca bikin apa."

Seorang gadis kecil berparas cantik dengan balutan dress berwarna merah muda itu nampak dengan bersemangat menunjukan sebuah gambar yang dirinya buat.

Berakhir dengan memeluk seorang wanita paruh baya yang saat ini terlihat tengah duduk diatas sebuah kursi goyang yang berada tepat di teras sebuah rumah.

"Ini Aca yang bikin?" dengan penuh rasa bangga, wanita berumur 80-tahunan itu memperhatikan detail gambar berbentuk baju yang tengah cucunya itu tunjukan.

"Iya dong, Oma," balas anak kecil itu penuh percaya diri, "Nanti, Aca bikinin baju kayak gini buat Oma."

"Benar? Memangnya--" ucapan wanita paruh baya itu terputus saat batuk menyerang, "Aca kalau sudah besar ingin jadi apa?"

"Pokoknya Aca mau bikin baju yang banyak, biar Oma setiap hari pake baju baru."

Tidak segera merespon ucapan sang cucu, wanita paruh baya itu malah tersenyum. Tak lupa dengan tangan yang dirinya pergunakan untuk mengusap lembut rambut berponi gadis mungil dihadapannya itu.

"Oma?" panggil gadis kecil itu saat tiba-tiba dirinya merasakan ada sesuatu yang aneh, "Kenapa tiba-tiba tangan Oma jadi dingin? Oma sakit?"

Tak ada jawaban langsung yang terdengar, hanya sebuah senyuman saja yang terlihat muncul dibalik wajah penuh keriput itu.

"Oma kenapa?"

Lagi-lagi, gadis kecil itu tak mendapatkan jawaban. Membuatnya sempat terdiam dengan kepala berputar, kembali menyadari hal aneh lainnya kala saat ini, suasana nyaman teras rumahnya, seketika berpindah ke dalam sebuah ambulan.

Hal mengejutkan yang tentu saja membuat gadis kecil itu panik, "Oma? Kenapa kita disini?"

Mulai tak menyukai tempat menyeramkan yang tengah dirinya singgahi, gadis kecil itu terlihat meneteskan air matanya. Sesekali kedua tangannya ia pergunakan untuk mengguncang bahu wanita paruh baya itu.

"Oma? Aca gak suka disini, Aca gak suka mobil ini." ucap gadis kecil itu dengan tangis yang mulai semakin kencang.

Apalagi saat sebuah sirine ambulan itu mulai terdengar memekakan telinga, rasanya seluruh tubuh gadis itu mati dalam sekejab.

Terlihat dengan takut menutupi kedua telinganya seraya menggeleng-gelengkan kepalanya kencang. Berusaha mengusir suara bising itu dari dalam otaknya.

"Oma! Oma!"

Nasya membuka matanya tepat saat panggilan kedua yang dirinya ucapkan disela-sela tidur pulasnya terdengar.

Nampak bangkit dari posisi tidurannya menjadi duduk, mencoba mengatur napas yang seakan sempat hilang dari sekelilingnya.

Kali kedua dirinya kembali dihadapkan oleh sebuah mimpi buruk, benar-benar berhasil memacu tekanan darahnya hingga mengakibatkan pusingnya kepala Nasya dalam waktu hitungan menit.

Berusaha untuk mengembalikan kesadarannya terlebih dahulu sebelum mulai menyadari sosok tak asing yang saat ini terlihat tengah duduk bersandar pada sofa di dekatnya dengan fokus yang nampak tertuju ke arah laptop miliknya. Sedangkan kedua telinga, nampak tersumpal oleh earpods berwarna pink kepunyaannya yang entah dimana cowok itu temukan.

Semenjana (END) / Sudah pindah ke aplikasi DREAME/INNOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang