Warning!
Part ini akan membuat oksigen disekitar kalian menghilang, tarik napas dalam-dalam sebelum mulai membaca.
~~~[EMPATPULUH ENAM]
SUARA pintu besar dengan cat cokelat gelap itu, terdengar sempurna menemani detak jarum jam yang berada di tengah ruangan lantai dua ini.
Mendapati ruangan besar dengan dipenuhi warna hitam dan biru dongker yang saat ini tengah menyapa kedatangan Nasya.
Berhasil dibuat takjub dengan berbagai jenis mesin yang biasanya ia lihat di area permainan dalam sebuah mall. Entah apa fungsinya, yang jelas Nasya yakin, kalau Derren memiliki semua permainan dengan hiasan lampu warna-warni yang menyala itu hanya sebagai pajangan.
Tak lupa dengan sebuah televisi berukuran besar yang terpajang sempurna tepat dihadapan ranjang king size berselimut hitam dengan dua buah stick PS yang tergeletak diatasnya.
"Kenapa kita ke kamar lo?"
"Mau ke kamar nyokap lo dan gangguin waktu istirahatnya?"
"Ya enggak," sahut Nasya cepat, "tapi maksudnya emang gak ada kamar lain?"
Dengan kepala yang masih sibuk berputar menjelajahi sekitar, Nasya terlihat mengekori Derren untuk memasuki ruangan yang pernah Oma arahkan kepadanya.
"Kamar tamu yang bersih cuman yang dipake nyokap lo, yang lain gak pernah dipake. Jadi lo mending tidur sini aja." katanya sembari sibuk memungut beberapa kaos yang bergeletakan dilantai.
"Terus lo tidur mana?" tanya Nasya dengan perhatian yang kini sudah beralih pada susunan buku matematika yang disusun sempurna layaknya sebuah menara.
Tampak takjub dengan mahakarya yang cowok itu ciptakan, berusaha untuk menyentuh dasar dari tumpukan tinggi itu.
"Gue bisa tidur di---jangan!" tidak sempat menyelesaikan kalimatnya, Derren dengan panik berlari ke arah Nasya.
Berusaha menjauhkan gadis itu dari tumpukan buku matematika yang sudah ia susun susah payah menjadi sebuah menara tinggi, hingga membuatnya hampir saja terjatuh menabrak meja kalau saja Derren tidak menahan punggung gadis itu untuk bersandar pada dinding.
Dengan mata membulat, gadis itu terlihat menatap Derren terkejud. Tak menyangka kalau cowok itu akan mendorongnya secara tiba-tiba.
"Dua bulan--" disela-sela napas memburunya, cowok itu berucap, "Gue nyusun itu dua bulan, jadi jangan dipegang."
Mulai merasa canggung atas posisi yang terlalu berbahaya ini, Nasyapun hanya dapat menganggukan kepala samar. Tanda bahwa ia tak akan mengulanginya lagi.
Membuat Derren lambat laun mulai ikut menyadari kedekatan yang kini tercipta diantara keduanya.
Tanpa aba, cowok itu berusaha untuk menjauhkan dirinya dari hadapan Nasya, sebelum tanpa disangka, gadis bermanik abu itu nampak menahan Derren untuk beranjak dari posisinya.
Tidak paham dengan apa yang tengah ia pikirkan, Nasya seperti tak rela jika malam ini, mereka harus berpisah setelah sepanjang malam ini keduanya melewati kejadian yang tak pernah terbayangkan akan terjadi.
Dengan wajah seriusnya, gadis itu terlihat memandangi tiap detail wajah tampan yang saat ini hanya berjarak satu jengkal dari posisinya.
Sementara Derren yang terlihat masih tak percaya atas tarikan yang gadis itu lakukan, hanya dapat mematung dengan telinga memerah. Kebiasaannya jika tengah mengalami situasi canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semenjana (END) / Sudah pindah ke aplikasi DREAME/INNOVEL)
Romansa[FOLLOW SEBELUM MEMBACA! BIASAKAN HARGAI KARYA ORANG DENGAN MEMBERIKAN DUKUNGAN KEPADA PENULISNYA] [PLAGIAT AKAN MENDAPATKAN SANKSI, JADI HATI-HATI^^] Renasya Agnalia, mahasiswi semester 4 jurusan Fashion Design yang memiliki hobi: ✔️Merokok ✔️Clubb...