4. PERCAYA

2.7K 166 4
                                    

Happy Reading ♡♡

Kallista memperhatikan ponselnya yang tak kunjung menampakkan notifikasi apapun. Beberapa hari ini ia tak menghubunginya, tapi bukan berarti lelaki itu harus melakukan hal yang sama, kan? baik, Kallista memang sedang mengetes ketahanannya, sejauh mana ia bisa tanpa lelaki itu, dan ternyata Arion memang tidak pernah bisa hilang dari pikirannya. Apa benar, porsi Arion di hatinya jauh lebih besar? ketiadaan Gilang bahkan tidak pernah jadi yang terutama.

"Nggak!" Kallista mengibaskan kepalanya, menolak segala macam pikirannya. "Gue cuma kebiasaan sama dia. Ntar lama-lama juga bisa, toh dia udah sibuk sendiri, sekarang."

Hening.

"Tapi nggak seharusnya dia lupa hari ini," gumamnya lagi, "seenggaknya telpon."

Dengan posisi duduk sambil menekuk lutut, mata Kallista kembali terarah pada langit malam di atasnya yang begitu gelap tanpa ada satu pun bintang yang menghiasinya. Meski begitu, langit tidak pernah kehilangan keindahannya, mega tetap jadi lukisan yang sempurna walau tanpa cahaya, akankah Kallista juga sama, sekalipun tanpa Arion di hidupnya?

Sudah selama ini Kallista bahkan masih tetap ke sini--atap rumahnya, tempat di mana ia sering menghabiskan waktu ketika sedang memikirkan. Bukti kalau Kallista tak pernah bisa dengan mudah menghilangkan kebiasaannya.

"Eh," Kallista mengernyit, mendapati setitik cahaya yang kemunculannya secepat kilat meluncur ke bawah. "I-itu.."

"Bintang jatuh," suara lain tiba-tiba muncul, bersamaan dengan pandangan Kallista yang kehilangan arah, sesuatu menutupinya. "Buat permohonan."

Tanpa jeda, Kallista pun membuat kedua tangannya saling bertautan, menandakan kalau ia tengah melakukan apa yang seseorang itu intruksikan--pemilik tangan yang menghalangi pandangannya.

"Udah," Kallista berujar, namun tampaknya tangan itu belum juga berniat untuk melepaskannya. Namun ketika ia hendak melakukan aksi protes, setitik cahaya tiba-tiba menghiasi pandangan meremangnya.

"Selamat ulang tahun, Kallista Qyara."

Kalimat itu terdengar bersamaan dengan wajah yang mulai bisa Kallista lihat dengan jelas. Pantas saja langit terasa sepi, bukankah benda yang biasa menghiasinya kini berada tepat di hadapannya?

"Tiup lilinnya," tunjuk Arion dengan gerakan dagunya.
Kallista kembali menautkan kedua tangannya, lalu 1 detik kemudian cahaya di atas lilin berbentuk angka 1 dan 7 itu lenyap dengan sekali tiupan.

"Makasih udah inget." Kallista menampilkan senyum khasnya, senyum yang beberapa hari ini tak menghiasi wajahnya.

Arion mendelik, "emangnya kapan gue pernah lupa?"

"Nggak pernah, sih," kekeh Kallista, "tapi mungkin aja sekarang lo lupa--untungnya nggak."

"Seneng?"

Kallista mengangguk cepat. "Lo harus ada terus setiap gue ulang tahun."

"Cuma setahun sekali, dong?"

"Sedih?"

"Enak banget, jadinya nggak perlu ada tiap..."

"Arion?!" dengus Kallista. "Nggak lucu, ya."

"Tadi minta apa?" obrol Arion kemudian.

"Kapan?"

"Pas bintang jatuh."

"Minta lo di sini terus."

"Pas tiup lilin?"

"Sama."

"Kok gitu?"

"Kalau permintaan gue yang bintang jatuh nggak dikabulin, jadinya gue masih ada cadangan."

Fix, You! (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang