Happy Reading . . .
"Arion mau lanjut kuliah di luar negri." Arion mengawali pembicaraan di tengah-tengah makan malam yang sedang berlangsung.
Mendengar hal itu, sontak membuat semua anggota keluarga terkejut, kecuali Rangga. Pria 40 tahunan itu menatap serius anak lelakinya, lalu saling menautkan kedua tangan di atas meja, "kenapa tiba-tiba?"
"Bukannya Papa yang mau?"
"Tapi kamu bukan tipikal orang yang mengikuti mau Papa begitu saja. Kali ini apa alasan kamu berubah pikiran?"
"Mama setuju. Ini baik untuk Arion memikirkan kesalahan dari sikapnya sama Alysa." Kesya bersuara, meski berat untuknya mengatakan hal yang demikian.
"Mam?!" lenguh Alysa, meminta agar wanita paruh baya itu tidak menyangkut-pautkan lagi dengan masalah yang ia sendiri saja sudah lupa.
Arion mengangguk, "baik! kalau Mama setuju, brarti nggak ada lagi yang perlu ditanyakan."
"Kapan kamu mau pergi? biar Papa urus.."
"Besok," Arion menginterupsi, "Arion udah urus semuanya, di kampus Arion yang di sini maupun kampus yang mau Arion datangi nanti di L.A."
Pengakuan Arion lantas membuat semua bungkam, terlalu bingung untuk menyikapi--entah harus senang, ataukah sedih. Namun yang jelas raut wajah Kesya yang awalnya berusaha untuk tegar, kini tak mampu menyembunyikan kesedihannya lagi. Begitupun dengan Alysa yang merasa kalau hal ini begitu tidak adil baginya. Di saat Arion telah menjadi kakak yang sebenarnya tapi malah secepat ini pula Alysa kembali kehilangan peran yang begitu ia rindukan.
"Apa nggak terlalu cepat?" Rangga kembali meyakinkan.
Arion menggeleng, "lebih cepat lebih baik. Perusahaan Papa butuh Arion, 'kan? lagian semua sudah siap, jadi nggak ada yang harus Arion tunggu lagi."
Prang!
Suara pantulan sendok dengan piring terdengar nyaring, berasal dari Alysa."Gue emang nggak pernah penting ya di mata lo?"
"Alysa.."
"Bla, bla, bla!" Alysa menutup kedua telinganya, "gue nggak mau denger apapun." Gadis itu beranjak dari sana lalu mengurung diri di kamarnya.
"Biar Mama yang ngomong sama Alysa."
"Nggak usah, Mam." Arion mendahului pergerakan ibunya, "biar Arion aja."
Tok! tok!
"Alysa, buka pintunya.""Gue nggak mau ngomong sama lo, lagian lo mau pergi juga, jadi buat apa ketemu sama gue?!"
"Nggah usah kayak anak kecil."
Cklek!
"Gue benci sama lo, Arion. Gue benci!!" teriak Alysa, tepat di depan wajah lelaki itu.Meski Alysa melontarkan banyak kata kasar padanya, ekspresi wajah Arion sama sekali tak berubah, seolah yang gadis itu katakan cukup keterlaluan.
"Mau jadi adik yang baik?" ujar Arion ketika dirasa adiknya itu tengah puas memaki.
Alysa bergeming, namun kalimat itu berhasil membuat butiran bening lolos dari ujung matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix, You! (completed)
Dla nastolatkówKetika biasanya seseorang bersahabat lalu jatuh cinta, seseorang ini jatuh cinta lalu bersahabat--hanya agar bisa dekat. Ini bukan tentang ketidakjujuran untuk mempertahankan persahabatan, melainkan pertahanan diri untuk hubungan yang lebih pasti. M...