14. UPAYA

1.6K 109 0
                                    

Happy Reading. . .

Alysa tengah bersorak heboh menyemangati kakaknya yang tengah fokus memanah. Sudah lebih dari 10x panahnya meleset, alhasil Alysa panen permen, membuatnya semakin semangat menjadi tim pendukung. Meski beberapa anak lain sedang mengantre di belakang, tapi Arion tidak berniat menyudahinya.

Sampai pada saat panah itu berhasil mendarat pada titik tengah, akhirnya kini Arion yang bersorak heboh, membuat Alysa yang tengah menguap seketika terhenyak. Mata Alysa pun berbinar, melihat kakaknya memeluk sebuah boneka beruang yang sejak pertama kedatangannya kemari sangat menarik perhatian.

Alysa berlari kecil ke arah Arion, namun yang ingin ia hampiri malah ikut berlari, membuat keduanya saling kejar-kejaran. Sampai akhirnya Alysa terpeleset, lalu jatuh. Alysa meringis, menahan perih pada lututnya yang berdarah. Sosok yang Alysa terus panggil akhirnya berhenti, namun ternyata bukan untuk berputar arah lalu menghampirinya, melainkan Arion telah sampai ke tempat di mana seseorang yang ingin ia tuju.

Boneka itu beralih tangan, Arion memberikannya pada gadis itu.

"Buat Alysa mana?" cicitnya, menatap punggung kakaknya yang kian menjauh.

Ketika ia memilih untuk meninggalkan semua permen yang telah ia punya demi mendapatkan sesuatu yang lebih, pada akhirnya Alysa tidak mendapatkan apapun selain hanya terluka. Ketika ia memilih untuk melepaskan genggaman orang tuanya hanya demi menggandeng kakanya, sampai akhirnya Arion melupakan keberadaannya dan pergi meninggalkan Alysa di tempat asing ini sendiri.

Apa yang bisa Alysa lakukan sekarang? Alysa mulai menangis, dan tak ada seorang pun yang melihat ke arahnya, seolah Alysa sama sekali tidak terlihat, atau memang tak ada satu pun orang yang peduli padanya. Bahkan kakaknya sendiri saja tak mengacuhkan, lalu apa yang bisa Alysa harapkan dari orang lain yang bukan siapa-siapa?

Tangis Alysa semakin keras, berharap ada seseorang yang menemukannya.

"Alysa?"

Mendengar namanya disebut, Alysa pun mendongak. Namun air matanya yang penuh, membuat Alysa tak dapat melihat dengan jelas siapa orang itu.

"Alysa, lo bangun?"

Kelopak mata Alysa akhirnya terbuka lebar, perlu beberapa waktu untuknya bisa mengawaskan penglihatan. Sampai seonggok wajah yang begitu Alysa kenali tepat berada di depannya. Pemilik wajah yang sebelumnya tetap pergi tanpa peduli meski Alysa telah memanggilnya berkali-kali.

"A-rion?" gumamnya pelan.

Alysa memijit kepalanya yang pening, namun yang terjadi adalah tangannya kesakitan. Ketika sebelumnya ia merasakan lututnya yang terluka, namun pada kenyataannya adalah pergelangan tangannya lah yang habis terluka. Dan bukan tanpa sengaja, karena ia melakukannya dengan penuh kesadaran.

Ingatan Alysa akhirnya kembali. Baik, Alysa mengakui betapa memalukan sekali perbuatannya kali ini. Masalahnya adalah ia gagal, usaha bunuh dirinya sia-sia dan alhasil Alysa tetap harus menanggung hasil dari kelakuannya yang sebelumnya Alysa pikir, ia hanya tinggal mati tanpa perlu menyelesaikan apapun lagi.

"Jangan pernah lo ngelakuin hal kayak gini lagi."

Alysa mengangguk, "lain kali gue nggak akan gagal lagi."

Tanpa mau berdebat lagi, Arion pun bergegas untuk memanggil Dokter.

"Maaf," Alysa kembali berucap, membuat Arion urung pergi. "Harusnya gue nggak selamat."

Fix, You! (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang