Happy Reading ♡♡
Pah, kamu gak bisa apa bikin Arion tinggal di rumah ini, sama kita? hemm."
Ini bukan kali pertama Kesya mengeluh tentang anak sulungnya itu, namun seakan tak ada bosannya Kesya selalu saja merujuk pada sang suami. Dari yang sudah-sudah Kesya akan berhenti kalau maunya sudah terpenuhi.
"Memangnya papa harus gimana lagi sih, Mah? kamu kan tau sendiri bocah itu kayak gimana."
"Papa tinggal nggak kasih ijin aja. Gampang, kan?"
"Kan kamu sendiri yang ngasih ijin, Mah. Gimana bisa papa nggak ngasih ijin kalo mama aja ngijinin?!"
"Habisnya mama nggak tega, Arion kalo ada mau kan gitu.." Kesya melipat tangannya, "makanya itu, kamu nggak usah kasih ijin, jadi nanti.."
"Mama mau jadiin papa tumbal? huh.."
Mendengar ketidaksetujuan seuaminya jelas saja membuat Kesya kembali menampilkan raut wajah tidak membahagiakannya.
"Sekarang, Arion anak kita itu udah gede, Sayang!" tutur Rangga, "lagian laki-laki memang harusnya begitu. Biar bisa berdiri sendiri, belajar mengatasi hidupnya sendiri."
"Ish, Papa!" Kesya mengerucutkan bibirnya sempurna, "kalo Arion kelaperan, gimana? kamu tega apa?"
Matanya kini sudah berkaca-kaca, merasa tidak mendapat dukungan sang suami, merasa kepentingannya tak lagi jadi yang terutama. Kesya menjatuhkan bokongnya di tepi kasur, membuat sang suami tambah serba salah.
Melihat perilaku sang istri, Rangga hanya bisa menghela napasnya dalam-dalam. Semoga Tuhan memberikannya kesabaran lebih. Ia tak mau melihat istrinya bersedih, tapi di samping itu ia juga mendukung pilihan anaknya yang dianggap benar.
"Kenapa kamu selalu menangisi anak itu? aku aja nggak pernah kamu tangisi lagi." Rangga ikut terduduk di tepi ranjang, di samping istrinya.
"Kamu tuh," Kesya mendelik, "kamu nggak tau perasaan seorang ibu yang jauh dari anaknya," tambahnya sembari terisak.
"Kamu juga nggak tau gimana perasaan suami yang terlupakan oleh istrinya," timpal Rangga tepat sasaran, terbukti dari perubahan raut wajah sang istri setelah kalimat itu terucap.
"Selalu Arion dan Arion lagi," tambah Rangga, "sampai-sampai kamu lupa kalau sekarang itu hari ulang tahunku."
"Pah?!"
Sesuai dugaan, kini wanita itu memeluknya. Rangga tahu, kalau istrinya ini akan merasa sangat bersalah.
"Makasih, Pah." Kesya menyudahinya, menampilkan wajah yang kini tak lagi menyisakan kesedihan. "Dengan begini, Arion pasti mau pulang," tambahnya kemudian begitu sumringah.
Kesya beranjak dari ranjangnya. "Papa nggak usah sedih, malam ini mama bakal bikin makan malam yang spesial."
"Dasar istri tak berperasaan." Rangga mendesah pasrah, "dan untuk ini aku sama sekali nggak bisa keberatan."
***
"Apa?!"
Gebrakan di meja disertai suara nyalang Alysa memenuhi segala sudut kantin. Entah kabar mengejutkan apa yang gadis itu terima dari panggilannya, sebab itu kini semua mata tertuju ke arah Alysa menaruh penuh tanya. Namun, solah tak ada yang salah, garis senyum yang seketika tergambar ternyata lebih dari cukup untuk menjawab segala rasa heran."Sekarang, Mam?" sahut Alysa lagi, bersamaan dengan bokongnya yang urung kembali mendarat pada kursi. "Oke. Berangkat."
Alysa beranjak dari tempatnya, meninggalkan semangkok bakso yang bahkan belum tersentuh. Via yang hampir menyuap daging lemak favoritnya pun terpaksa ikut berlari hanya demi menyusuli Alysa yang menyeruak kerumunan siswa-siswi penghalang jalannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/188372600-288-k415881.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix, You! (completed)
Fiksi RemajaKetika biasanya seseorang bersahabat lalu jatuh cinta, seseorang ini jatuh cinta lalu bersahabat--hanya agar bisa dekat. Ini bukan tentang ketidakjujuran untuk mempertahankan persahabatan, melainkan pertahanan diri untuk hubungan yang lebih pasti. M...