Happy Reading ♡♡
Kallista merasakan tubuhnya masih sangat tak bertenaga, bahkan untuk membuka matanya saja ia hampir tidak kuat. Sampai sinar matahari menyapa pandangannya pertama kali yang masuk dari sela jendela. Beberapa saat Kallista sibuk menghalangi wajahnya dari sorotan langsung itu sampai akhirnya ia mengingat sesuatu yang segera membuat tenaganya kembali secara utuh.
"Udah bangun?" ujar Ratih.
"Gimana caranya Kallista pulang selalem, Bu?"
Ratih menghampiri, "kenapa kamu bisa pingsan? ibu khawatir."
"Siapa yang bawa Kallista pulang, Bu?" tanya Kallista lagi, berharap kalau ingatannya itu nyata.
"Selamem kamu dianterin ..."
"Permisi!" seseorang mengetuk pintu, membuat fokus Ratih teralih.
"Sama siapa, Bu?"
"Ini orangnya dateng," ujar Ratih setelah membukakan pintu, "makasih ya, kemarin kamu sudah bawa Kallista pulang."
Aksa mengangguk, "untung saya lewat sana."
"Lo udah baikan?" alih Aksa, bertanya pada Kallista.
Kallista bergeming, wajah penuh harapnya seketika pudar.
Sebelum tak sadarkan diri, Kallista yakin yang ada di hadapannya itu pasti Arion. Bahkan saat tubuhnya hampir jatuh menyentuh tanah, tangan Arion lah yang berhasil menangkapnya. Ia dapat merasakan detak jantungnya yang bergerak setiap kali lelaki itu ada. Kallista tidak mungkin salah.
"Kallista?" panggil Ratih.
"Dari mana lo tau rumah ini?"
"A-lysa! iya, dia cerita kalau dia pernah ke sini."
"Kalau cuma cerita, nggak mungkin lo bisa langsung tau sampai ke gang-gang nya. lagian dari yang gue tau Alysa nggak pernah suka lo temenan sama gue."
"Tapi Alysa nggak mungkin juga biarin gue ninggalin lo pingsan di jalan," balas Aksa. "Dan mungkin rumah ini emang nggak ada detailnya di maps, tapi panti ..."
"Ahh, iya." Kallista menyela, "gue lupa kalau adanya panti buat gue gampang ditelusuri. Makasih atas bantuannya," sambungnya, tersenyum simpul, bukan lagi senyum lebar yang biasa gadis itu umbar.
"Kallista mau istirahat dulu, Bu!" Kallista memutuskan untuk kembali masuk ke dalam kamar.
"Loh? ini temen kamu masa dianggurin?"
"Gapapa, Bu. Lagian saya ke sini cuma mau nganterin ini."
Di lain sisi, Kallista terduduk di pinggir ranjang sambil menatap keluar jendela. Terlihat Aksa di sana, sepertinya lelaki itu berniat untuk pulang.
"Itu punya lo?" Kallista menghampiri Aksa tengah kesusahan karena satu tangannya kini disibukkan dengan akuarium, meski ukurannya kecil tapi cukup merepotkan karena motor yang Aksa bawa sama sekali tak bisa diandalkan untuk dipakai menaruh barang.
Aksa mengangguk, "kenapa?"
"Kayaknya lo kerepotan, kalo mau bisa lo simpen di sini dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix, You! (completed)
Roman pour AdolescentsKetika biasanya seseorang bersahabat lalu jatuh cinta, seseorang ini jatuh cinta lalu bersahabat--hanya agar bisa dekat. Ini bukan tentang ketidakjujuran untuk mempertahankan persahabatan, melainkan pertahanan diri untuk hubungan yang lebih pasti. M...