25. RENCANA

1K 96 2
                                        

Happy Reading ...

"Kaku!"

Kallista mengembuskan napasnya berat, pasalnya ia sudah lelah berganti gaya sampai rasanya sudah mati gaya. Namun, tetap kata itu yang keluar dari orang yang hanya melihatnya dari layar.

"Ulang." Arion bicara tanpa beban.

Padahal pria itu tahu jelas apa yang menimpanya kemarin, bagaimana tidak? Ia bahkan jatuh tepat di depan matanya, tapi tanpa sedikit pun belas kasihan malah terus menekannya begini.

"Sadar, Ta, dia bukan Arion lo lagi." Berkali-kali Kallista merapalkan kalimat itu.

"Ayo, Ta. Lo pasti bisa!" kepalan tangan Deri bergerak-gerak, memberi semangat. "Pegang ujung dress nya, kibaskan."

Deri mengerutkan kening, mendapati Kallista yang malah terfokus ke arah lain, ia pun mengikuti ke mana fokus gadis itu tertarik, bersamaan dengan sosok yang mulai menangkap tatap Kallista.

"Ada apa?"

"Apa saya harus melanggar janji saya untuk tidak menjadi model?"

Arion mendengus, "janji macam apa itu? aneh."

"Menurut Anda, apa orang itu akan mengijinkan?"

Kini, 2 pasang mata itu saling membalas tatap tanpa suara. Deri pun ikut merasakan aura yang tak biasa, ia bahkan ikut memaku sebagai sosok yang berada di antara keduanya.

"Baik!" putus Kallista kemudian, meski tak mendengar jawaban, tapi keterdiamannya sudah sangat cukup menjelaskan.

Entah apa yang terjadi, tapi dalam sekejap Kallista seolah bisa menguasai dirinya. Seluruh anggota tubuhnya memdadak mudah digerakkan sesuai arahan, bahkan Sang Fotografer tak perlu susah-payah mengarahkannya lagi, sebab Kallista sudah mengerti apa yang harus ia lakukan.

"Break!" Arion mengintruksi, padahal sepasang model dan fotografer itu baru saja menemukan kecocokannya.

"Good job!" seru seseorang dari arah belakang, bertepuk tangan untuk Kallista. "Jangan-jangan selama ini kamu sengaja menyembunyikan kwmampuan kamu ini?"

Kallista tak berniat untuk menimpali, jauh dari dugaan, mood nya sedang rusak, serusak-rusaknya perasaan. Ia hendak berjalan menjauh, namun satu kaki yang hendak ia buat tumpuan tiba-tiba lemas.

"Hati-hati!" Bara berhasil menangkap lengan Kallista, membuat keterjatuhannya tertahan. "Kaki kamu masih sakit?"

Kallista tak menjawab, tapi ekspresi yang terlihat dari wajahnya cukup untuk membuat Bara paham.

"Maaf!"
Bara mengangkat tubuh Kallista begitu saja, membuat Kallista terkejut bukan kepalang.

"Turunin, nggak?!"

"Kamu begini gara-gara saya."

"I-iya, tapi ..."

Bara mendudukkan Kallista di sofa, "udah sampai."

Tidak jauh memang, tapi tetap tak sepantasnya. Untung saja di ruangan ini sedang tidak banyak orang, ditambah lagi mereka sedang disibukkan dengan urusannya masing-masing, membuat Kallista sedikit lega.

"Tunggu di sini, saya mau ambil obat."

Eghmm!
"Setengah hari aja belum, udah ..."

"Rani!!"
Kallista segera membungkam mulut yang sebelas-duabelas dengan toa itu, atau semua orang akan tahu hal yang tidak seharusnya diketahui. Ia bahkan melupakan rasa sakitnya demj membawa satu temannya itu ke tempat lain.

Fix, You! (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang