Happy Reading ...
Tap! tap!
Deg!
Jantungnya berpacu begitu cepat, Kallista mendapati suara langkah kaki yang kian mendekat. Terlambat, tampaknya sekarang orang itu sudah berada di balik tubuhnya.Dengan tubuh sedikit bergetar, Kallista memberanikan diri untuk memutar tubuhnya, pelan tapi pasti.
"Aaa-eumm ..."Psst!
Pemilik wajah yang tersorot cahaya dari bawah itu membungkam mulut Kallista, membuat gadis itu menelan suaranya sendiri. Mengetahui siapa yang kini bersamanya, lantas membuat rasa was-was Kallista memudar, tapi tidak dengan detak jantungnya yang malah kian memuncak.Cklek!
Terdengar suara pintu terbuka.Merasakan keberadaan sosok lain lagi, Kallista kini berpegang pada tangan yang masih menutupi mulutnya. Melupakan dengan siapa sekarang ia berada, tak peduli sedekat apa, dan harus bagaimana, pikiran Kallista buyar karena cemas dengan nasibnya beberapa detik ke depan nanti.
Ctrek!
Lampu menyala begitu menyilaukan, membuat kedua orang yang berlama-lama di dalam gelap perlu sedikit waktu untuk menyesuaikan penglihatannya."Loh, masih ada orang?" heran pria bersarung itu pada satu temannya yang lain. "Kalian nggak ikut pulang hari ini?" sambungnya kemudian.
Kallista yang sempat memaku beberapa saat setelah kewarasannya kembali itu pun segera menarik dirinya dari pria yang berada di balik tubuhnya.
"Saya cuma ngambil barang saya yang ketinggalan di sini," jelas Kallista sembari membenarkan pakaiannya yang sedikit kusut karena kejadian tadi, "permisi.""Mau ke mana, Neng? bis nya kan udah pergi."
"Hah?" pupil mata Kallista melebar, satu detik kemudian ia pun segera berlari keluar guna memastikan kebenarannya.
"Kok?!" Kallista menggeram, "kenapa gue ditinggalin, Wey!!" teriak Kallista, entah apa tujuannya karena mau sekeras apapun suaranya sama sekali tidak dapat mengubah keadaan.
"Gimana jadinya kalau tadi saya nggak balik ke dalam, kamu pasti ..."
"Bukan urusan lo!" bentak Kallista, "kenapa? nggak suka? udah di luar jam kerja, 'kan? bebas gue mau ngomong apa."
Kesangaran Kallista nyatanya tak bertahan lama, karena beberapa detik selanjutnya tubuh gadis itu merosot ke bawah, memeluk lututnya yang tertekuk. Lagipula apa yang tersisa darinya, sekarang? tanpa ponsel, tak ada uang sepeser pun, dan ini sudah malam hari.
"Saya nggak keberatan."
Setelah beberapa lama, akhirnya suara Arion pun kembali terdengar, membuat Kallista menyadari hal yang menjadi satu-satunya harapan. Namun, tampaknya Arion sama sekali tidak berniat untuk mengajaknya. Pantas saja, lagipula siapa yang mau berbaik hati dengan orang yang sudah membentaknya seperti tadi? bahkan Kallista sendiri akan melakukan itu kalau berada di posisinya."Maksud saya, saya nggak keberatan kalau kamu ikut saya," tutur Arion sebelum masuk ke dalam mobilnya.
"Nggak usah!"
Meski tahu, hanya Arion satu-satunya yang bisa membantu. Kallista sama sekali tak melunak, ia malah kembali berdiri dan berjalan begitu saja, seolah desa yang bukan merupakan kampung halamannya ini bisa ia lalui sendiri. Tidak memikirkan gelapnya malam, atau sesuatu yang mungkin menghadangnya di ujung jalan sana. Kallista tetap mengikuti egonya yang tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix, You! (completed)
Teen FictionKetika biasanya seseorang bersahabat lalu jatuh cinta, seseorang ini jatuh cinta lalu bersahabat--hanya agar bisa dekat. Ini bukan tentang ketidakjujuran untuk mempertahankan persahabatan, melainkan pertahanan diri untuk hubungan yang lebih pasti. M...