Happy Reading . . .
Kallista meregangkan otot-otot tubuhnya, lalu disusul dengan pergerakan matanya yang membuka lebar. Bangun di pagi hari yang cerah setelah tidur semalaman penuh--tanpa tiba-tiba terbangun di jam-jam tertentu, atau tiba-tiba gelisah karena mimpi buruk. Kali ini definisi nyaman yang sesungguhnya tanpa embel-embel apapun.
Jendela berbahan kayu ala rumah jaman dulu, Kallista membukanya lebar-lebar, agar udara dari luar masuk ke dalam kamarnya untuk menggantikan udara yang semalaman sudah bergelut di dalam. Sembari memejamkan mata, Kallista menghirup napas banyak-banyak, bukan hanya ruangannya saja yang butuh oksigen tapi tubuhnya juga.
Mata Kallista menyipit, sepertinya ia tahu siapa sosok yang tengah berlari dari kejauhan itu. Dan benar, itu Deri. Ia tidak tahu kalau satu temannya itu suka berolahraga pagi, karena setaunya pria itu cukup malas melakukan hal yang menyehatkan seperti itu.
"Deri!" teriak Kallista, melambaikan tangannya.
Perlu beberapa kali Kallista memanggil, untuk membuat Deri menyadari keberadaannya.
"Lo ke mana aja, sih?" lontar Deri di sela napasnya yang tak beraturan akibat berlari dari jauh.
"Tenang ..." intruksi Kallista, "tarik napas, keluarkan."
Alih-alih menjawab keingintahuan temannya, Kallisya justru menjadi instruktur dadakan agar pria itu tak kewalahan karena napasnya yang teratur itu, sangat terlihat tidak nyaman, bahkan Kallista jadi terbawa sesak."Stop!" tangan Deri memegang sekat jendela kayi yang menjadi penghalangnya dengan Kallista, "gue gak papa. Gue tanya, lo ke mana aja?!"
"A-da." Kallista kemudian mengingat kekesalannya kemarin, "kenapa? ngerasa bersalah lo ninggalin gue di mobil? haa."
Deri mengela napasnya lega, "syukurlah, gue pikir lo kebawa balik lagi. Gimana nasib gue di sini coba, ntar?"
"Jadi yang lo kuatirin itu diri lo sendiri?" tangan Kallista dengan lihai memilin daun telinga milik Deri, yang dengan frontalnya menyebutkan keluhannya sendiri.
"Akk awhh! sakit, Ta, ih."
"Habisnya lo ngeselin banget."
"Padahal subuh-subuh gini gue keluar demi nyariin lo, masih bilang ngeselin, cih! mana ditelponin nggak diangkat-angkat."
Mendengar pengakuan temannya itu lantas membuat Kallista mengambil ponselnya di atas nakas untuk memeriksa kebenaran dari yang pria itu katakan. Di samping itu, Deri kemudian menyadari satu hal, mengenai apa yang Kallista lakukan di kamar ini, sedangkan kamar yang ia tempati untuk Kallista berada di sisi utara, bersebelahan dengannya.
"Sori, nggak kedengeran."
"Lo tidur di sini?"
Kallista mengangguk, "kenapa? iri, lo, kamarnya nggak segede ini? makanya, setia kawan."
"Tapi gue udah nempatin kamar lo kemaren."
"Emang?" Kallista diam sejenak, lalu mengangkat bahunya santai. "Lagian kamar ini masih kosong."
"Bentar, deh." Deri mundur beberapa langkah, guna mengira-ngira posisi kamar yang Kallista tempati. "Ini di selatan, ya?"
"Mana gue tau? emang gue kompas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix, You! (completed)
Ficção AdolescenteKetika biasanya seseorang bersahabat lalu jatuh cinta, seseorang ini jatuh cinta lalu bersahabat--hanya agar bisa dekat. Ini bukan tentang ketidakjujuran untuk mempertahankan persahabatan, melainkan pertahanan diri untuk hubungan yang lebih pasti. M...