Thirty-One | Sebuah Rencana

484 23 1
                                        

"ayo Nataaa" teriak gadis yang sedang tersenyum lebar.

Lelaki kecil itu mengejar gadis kecil yang sedang berlari menuju ke rumah pohon kayu.

"Tunggu Caca" ucap lelaki itu dengan bahasa yang belum benar.

Sesampai di tempat pohon yang diatasnya ada rumah kayu. Kedua bocah kecil itu bersandar di bawah pohon sambil mencabut-cabuti rerumputan. Anggap seperti mainan bagi mereka. Tawa mereka menghiasi langit sore, membuat orang-orang yang lewat menatapnya dengan gemas bahkan rasanya ingin menculiknya.

"Caca" panggil lelaki kecil itu bernama Nata.

Gadis kecil itu menoleh dengan wajah gemasnya. "apa?" Tanya Sasya.

Nata menggenggam erat jemari kecil Sasya dan menyengir lebar menunjukkan beberapa gigi kecil yang sudah tumbuh.

"Caca nanti kalo udah gede kita nikah yuk?" Ajak Nata dengan mengerjapkan matanya berkali-kali membuat wajahnya semakin menggemaskan.

Sasya mengangguk meskipun raut wajahnya menunjukkan kalau dirinya bingung dengan ucapan Nata.

"Nikah itu apa?" Tanya Sasya menatap wajah Nata sambil menggembungkan pipinya.

"Nikah itu kayak papah mamah ca" Nata menatap kearah depan, melihat orang-orang yang sedang lalu lalang. "Biar kita sama-sama terus" jelasnya.

Gadis bernama Sasya itu mengangguk-anggukkan kepalanya meskipun dirinya belum terlalu paham dengan maksud ucapan lelaki kecil yang masih menggenggam erat jemari kecilnya.

"Kenapa harus nikah? Kita kan bisa slalu sama-sama?" Sasya mengeluarkan pertanyaan yang membuat Nata langsung menatap wajah kecil Sasya.

"Karna Nata nggak mau kehilangan Caca" jawaban serta penjelasan yang diberikan Nata mampu membuat Sasya mengerti maksudnya.

Sasya tersenyum manis. "Caca juga nggak mau kehilangan nata" jemari Sasya mengusap pipi Nata dengan lembut.

Ucapan mereka memiliki arti untuk saling bersama dan tidak ingin saling melepaskan. Akankah tuhan mengabulkan setiap ucapan kedua bocah kecil itu? Apakah tuhan mentakdirkan mereka untuk saling bersama?

Flashback off

Sasya tersadar dari lamunannya saat mendengar sebuah dentingan notifikasi ponselnya. Gadis itu pun mengambil ponselnya yang berada di atas nakas.

Sasya membuka room chat dengan nomor telepon yang tidak dikenalnya.

Nata mu sudah kembali. Jika ingin tahu keberadaannya, datanglah ke perumahan Lily. Saya tunggu disana.

Saat Sasya membaca pesan tersebut. Hatinya terasa bahagia bahkan rasanya ia ingin menangis saat ini juga tetapi ia harus buru-buru menuju ke tempat yang akan memberitahu dirinya tentang Nata.

****
Sedari tadi Nata berjalan mondar-mandir tak karuan. Mencari sebuah barang yang berarti untuknya karena barang itu akan dijadikan bukti.

"Duh dimana ya tuh barang" Nata menggeledah kardus-kardus khusus yang menyimpan barang-barang berharganya.

"Kok gak ada sih?" Gumam Nata yang masih terus mencarinya.

"Kamu cari apa nata?" Tanya wanita separuh baya yang sudah berada di depan pintu.

"Ini mah Nata nyari barang yang dikasih Caca dulu"

"Mungkin keselip kali. Udah nyarinya di jeda dulu. Kamu harus makan kalo gak makan nanti kamu sakit" ujar Farah.

"Iya mah nanti aku makan. Aku harus cari barang itu dulu" Nata mengobrak-abrik semua yang ada didalam kardus hingga berserakan dilantai.

FAMOUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang