Nineteenth | UKS

842 47 2
                                    

"kak varo maafin sasya"

Berulang kali, sasya mengucapkan kata maaf. Sasya menangis dalam diam. Tanpa diketahui sasya, nata memperhatikan gadis itu di depan pintu UKS.

Nata pun menghampiri sasya. Memegang bahu sasya, yang membuat sasya menolehkan kepalanya kebelakang.

"Lo gak salah, sya" ucap Nata.

Sasya mengusap air mata yang mengalir di pipinya. Gadis itu tersenyum lembut, ia beruntung mempunyai nata yang selalu ada untuknya.

Jari tangan varo bergerak pelan, membuat sasya langsung mengalihkan pandangan nya kearah varo. Sasya tersenyum legah, akhirnya varo bangun juga.

"Sya" panggil varo.

"Iyaaa--" sasya tersenyum.

"Sana masuk kelas, Caca gak boleh ketinggalan pelajaran"

"Tapi bang varo gimana?" Sasya menatap wajah varo lekat. "Caca gak mungkin ninggalin bang varo sendiri di sini".

Varo tersenyum tipis. Tangan kanannya menjulur kearah kepala sasya dan mengusap nya dengan lembut.

"Gak papa, sya. Gih sana ke kelas, Abang gak mau kalo Caca ketinggalan pelajaran" ucap varo pelan. Tetapi masih terdengar ditelinga sasya.

"Nat" panggil varo.

"Yaa" jawabnya.

"Anterin adek gue ke kelasnya ya"

Nata mengangguk patuh. Ia tidak bisa menolak.

"Ayo sya" nata menggenggam tangan sasya. Mengajaknya untuk masuk ke kelas.

"Yaudah sasya ke kelas ya, bang varo" Varo mengangguk dan tersenyum.

****
Sesampainya dikelas, sasya menghentikan langkahnya. Menoleh ke samping, menatap nata.

"Makasih ya" sasya tersenyum manis. Senyum yang membuat jantung nata berdebar kencang.

"Yaudah, gua balik ke kelas ya" Sasya mengangguk.

Setelah nata menghilang dari pandangannya. Sasya memasuki kelas. Duduk di bangkunya.

"Gimana keadaan Abang Lo, udah sadar?" Tanya Tiya dengan suara yang dipelankan.

Sasya mengangguk, ia masih kepikiran varo. Disana varo sendirian, ia takut varo kenapa-kenapa.

Tiya menyenggol lengan sasya pelan. Sasya pun menoleh, menatap Tiya dengan tatapan bertanya 'ada apa'.

"Dipanggil Dira tuh"

Sasya mengalihkan pandangannya ke Dira. "Apa" ucap nya dengan wajah yang datar.

"Babang varo gimana keadaannya" tanya Dira penasaran.

"Udah siuman" ucap sasya singkat.

Dira mengangguk-anggukan kepalanya sembari menggembungkan pipinya. Biar dibilang imut

****
Varo menghembuskan nafasnya jengah. Mimpi apa ia semalam, di tonjok Dio, habis itu ada nenek lampir ke sini. Jika tubuhnya tidak sedang sakit-sakit, mungkin sudah diusir dari tadi sih nenek lampir.

FAMOUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang