Thirteenth | Iri

870 60 0
                                        

Happy Reading :)
Sesuai janji aku, akan update hari ini heheheh.
Jangan jadi pembaca gelap..
Dan selalu tinggalkan jejaknya..
Semoga suka :*

-----------------------------------------------------------

Sasya membuka pintu rumahnya bersamaan dengan varo. Sasya masih kesal dengan varo karena selalu saja ikut campur masalah pribadinya terutama masalah saat ia sedang bersama Dio.

Varo melihat sasya berjalan melewatinya, varo hanya mengedikkan bahunya acuh lagi pula sasya sedari tadi tidak berbicara padanya, satu katapun tidak. Varo tahu mengapa sasya bersikap seperti itu dan ini berkaitan dengan kejadian saat jam istirahat disekolah.

"Mamah papah" pekik sasya girang yang membuat varo terlonjak kaget karena suara sasya mengejutkannya.

Varo menautkan kedua alisnya, apakah mamah papah nya sudah pulang?? Varo tersenyum senang, akhirnya mereka pulang dengan begitu ia bisa meminta apapun dan pasti dituruti.

Varo melangkah kearah dimana sasya berada bersama mamah dan papah nya. Dan ternyata benar disana sudah ada mereka yang sedang berpelukan erat seperti Teletubbies yang sedang melepaskan kerinduan.

Varo berdiri disana menyaksikan adegan yang membuatnya tersenyum hangat karena beruntung mempunyai keluarga yang begitu harmonis. Sasya merasa ada kehadiran varo pun langsung menoleh berserta mamah dan papah nya.

Diana Firana, tersenyum melihat varo anak tunggalnya yang sedang berdiri menatap mereka dengan senyum, Diana menghampiri varo dan mengajaknya bergabung.

Verdi jolansyah mengusap kepala varo bahwa anaknya ini benar-benar bertanggung jawab karena sudah menjaga sasya selama mereka tidak ada dirumah.

Sasya mengalihkan pandangannya kearah lain, sasya tahu bahwa mamah dan papah nya lebih menyayangi varo dibandingkan dirinya. Sasya sudah menerimanya dan selalu menjauhkan sifat iri dan dengkinya terhadap varo.

"Papah sama mamah kenapa ga bilang kalau hari ini pulang" tanya varo menatap mereka secara bergantian.

Verdi tersenyum. "Mamahmu tidak ingin kalian tau dan biarkan ini seperti kejutan" Verdi menatap Diana yang sedang tersenyum. "Dan mamah mu juga tidak ingin merepotkan kalian" Diana mengangguk membenarkan ucapan Verdi.

Sasya tahu tak sepantasnya ia merasa iri disaat varo lebih disayangi oleh mamah dan papah nya. Lagi lagi disaat ia menjauhkan rasa irinya didalam hatinya malah semakin sakit karena kenyataan varo lebih berharga dibandingkan dirinya.

"Mah pah sasya ke kamar ya" ucap sasya berjalan melewati mereka yang sedang asik berbincang tanpa sedikitpun mereka membalas ucapan sasya.

Ini yang gue takutin, karena mamah papah lebih perhatian sama Lo dibanding gue--Batin Sasya Menahan Sakit.

Sasya menghempaskan tubuhnya di kasur dan menatap langit langit kamar yang terdapat burung-burungan kertas origami warna warni dan juga bintang-bintang yang menempel diatas langit kamarnya.

Sasya masih ingat dengan burung-burung kertas origami itu, yang dipasang bersamaan dengan teman kecilnya, nata. Cowok yang selalu menjaga dan melindunginya dari siapapun yang ingin menjahatinya, dan sekarang sasya kesepian tanpa nata sasya merasa kosong bertahun tahun.

Lo apa kabar Nat, gue kangen elo--

Sasya menoleh kearah pintu kamarnya, ia melihat varo masuk ke dalam dan menghampirinya dengan senyum manisnya. Sasya bangkit dari tidurnya dan duduk disamping ranjang bersamaan dengan varo yang sudah mengacak rambutnya. Sasya hanya pasrah dan mendengus karena rambutnya Sekarang berantakan.

FAMOUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang