Fiska menyuapi bubur ke dalam mulut Fero dengan sabar. Karena, Fero masih dalam pemulihan untuk sembuh. Fiska hari ini tidak masuk sekolah karena ingin merawat Fero hingga benar-benar sembuh total.
"Gua kenyang" Fero menjauhkan mangkuk bubur yang berada di tangan fiska.
"Tanggung tinggal dikit lagi FER, habisin" fiska meyuapkan bubur itu dan Fero menutup mulutnya, ia kekenyangan sekaligus ingin muntah karena setiap hari makanannya bubur.
"Enggak, gua gak mau" Fero menggeleng. Fiska menghela nafas kesal. "Masih sama kayak dulu, keras kepala" gumam fiska dengan suara dikecilkan.
Fero mendengarnya, tapi tidak menghiraukan ucapan fiska. Memang benar, dirinya keras kepala.
"Fis, Lo udah ngabarin orang tua gua?" Tanya fero. Fiska mengangguk. "Orang tua lo, bakal pulang dari luar negeri untuk jenguk lo" ucapnya.
"Tapi kapan?"
"Mungkin besok" jawab fiska. Ia bahkan kasihan pada Fero. Orang tuanya terlalu sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
Fero menatap kearah lain. "Bahkan mereka masih sibuk dengan pekerjaan nya tanpa peduliin gua yang masih sakit" Fero memang cengeng dalam masalah ini. Apalagi tentang orang tuanya yang slalu mementingkan pekerjaan dibandingkan dirinya.
"Lo gak boleh ngomong gitu fer, mereka sayang dan peduli sama Lo, tapi caranya ngelakuin nya beda" fiska mengusap lengan Fero untuk menenangkannya.
Mereka terdiam. Ruangan hening tanpa ada satupun yang berbicara. Mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Tidak ada yang memulai pembicaraan.
Fero yang memikirkan, betapa miris hidupnya yang tidak lagi dipedulikan oleh kedua orang tuanya. Sedangkan fiska, memikirkan kejadian kemarin saat dirinya menjelaskan semua kesalah pahaman yang terjadi antara dirinya dengan Fero.
Flashback on
"Jadi gue harus apa nat, biar fero ga marah lagi sama gue?" Tanya fiska.
"Lo temuin dia gih, ngomongin baik-baik" Fiska mengangguk dan melangkah pergi meninggalkan nata yang masih berdiri di tempatnya.
Fiska berlari menuju kamar rawat Fero. Ia harus meluruskan semuanya agar tidak ada lagi kesalah pahaman.
Fiska membuka kenop pintu kamar rawat Fero dengan perlahan, ia melihat Fero sedang tidur. Fiska pun masuk ke dalam pelan-pelan, agar Fero tidak bangun dari tidurnya.
"Ngapain Lo kesini" suara dingin itu membuat fiska membeku dan tidak melanjutkan langkahnya.
Fero membuka matanya, melihat fiska yang tidak terlalu jauh dengannya.
"Untuk apa Lo kesini?" Tanya fero. Cowok itu tidak mau menatap wajah fiska.
"Gua ke sini mau minta maaf" akhirnya fiska mengeluarkan suaranya. Dengan perasaan yang takut dan nafas yang ditahannya.
Hening.
Fero tidak menjawabnya bahkan ia malas berbicara pada sahabatnya yang sudah tidak lagi peduli padanya.
"Gue minta maaf FER" ucap fiska sekali lagi. Akhirnya, fiska melangkah kearah tempat tidur Fero dan sekarang ia sudah berada tepat disisi ranjang Fero.
"Apa Lo tau FER? Sebenernya empat tahun gue slalu jenguk dan ngunjungi Lo kesini. Empat tahun FER. Apa Lo tau itu? Gue kesini selalu dibayangi kejadian yang gue bersumpah tidak akan mau mengulanginya lagi." Ucap fiska menahan sesak. "Gue selalu berdoa sama Tuhan buat segera lo bangun dari koma, tapi ternyata Lo waktu itu gak bangun-bangun, gue bahkan selalu nyalahin diri gue, kenapa harus Lo yang ada disini? Kenapa bukan gue?" Fiska menitikkan air matanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
FAMOUS
Dla nastolatków#7 in Famous [ 22/06/2019] #4 in Schoolfiction [12/07/2019] [Hargai karya seseorang, dengan cara memberikan dukungan pada penulisnya] enjoy this story, hope you like it. ••• Kamu adalah alasanku untuk kembali, ke sisimu. Ini kisah dua remaja yang me...