42

45 1 0
                                    

Aku langsung menuju ke arah balkon sambil menikmati angin yang memainkan rambutku. Tiba tiba ada seseorang yang memelukku dari belakang, aku kaget seketika seseorang yang memelukku memperlihatkan pisau yang tajam tepat didepan wajahku.

" lo yakin mau putus dari gue?" bisiknya, aku hanya menganggukkan kepala.

"Okey, lihat apa yang aku lakuin" melepaskan pelukannya sambil berjalan untuk saling berhadapan. Dia berdiri tepat di depanku, mengarahkan pisau diperutnya.

"K-ka-kamu mau ngapai? " aku kaget dengan tindakannya.

"Lo mau putus kan dari gue! Mending gue akhiri hidup ini! Daripada harus lihat lo berdua dan bermesraan sama dia! " bentaknya yang sudah emosi.

"Kamu ngomong apa sih! Gak jelas banget!! " ucapku.

"Yaudah biarin aku! " katanya yang mulai ngelawur.

"Nggak! Aku nggak akan biarin kamu mati konyol kayak gini! " bentakku.

"Apa katamu? Aku mati konyol? " tanyanya sambil menekik leherku. Aku hanya bisa diam saat ini.

"Jawab!! " bentaknya.

"Lepasin, aku mau pu.. " belom sempat aku melanjutkan perkataanku.

"Putus!! " bentaknya.

"Lepas!! " bentakku. Dia pun melepaskan. Namun tak lama.

Jleebbb.... Argh....

Author POV.

09:30 WIB

Disebuah Rumah Sakit di daerah ibu kota Jakarta, tepatnya diruangan UGD. Didepan ruangan sudah ada tiga wanita , kekhawatiran dan tangisan yang terdapat diraut mereka.

"Kamu makan dulu ya nak" kata  mama Nike yang mencoba menengkan sasa.

"tapi te, ini salah sasa. Sasa yang minta putus dari rahmat." jelas sasa disertai air mata.

"sa, ini bukan salah kamu, rahmat memang kayak gitu dan persis sama sifat papa nya. Sudah jangan gini terus, ayo kita tenangin diri dan berdoa!" ucap mama nike.

"Iya benar nak, betul kata tante nike. Sebaiknya kita berdoa. " ucap mama putri. Mereka pun duduk dan berdoa.

Kesya Putri ananda,

Aku melihat di kaca, begitu tak tega nya aku melihat Rahmat terbaring tak sadarkan diri. Air mata terus saja mengalir sampai akhirnya dokter keluar dari ruangan. Disana aku langsung menghampiri mama dan tante.

"Giamana dok? " tanya tante nike.

"Pasien sudah mendingan, dan sudah sadar. Cuman beri dia waktu istirahat dulu. " kata dokter.

"Apa boleh kami masuk? " tanya mama.

"Boleh, tapi jangan sampai membuat pasien terganggu. " jelas dokter.

"Baik dok,  makasih. " ucap mama. Kamipun segera masuk ke ruangan.  Disana masih ada suster yang sedang melepas alat alat yang menempel ke tubuh Rahmat. Sesudah suster keluar dari ruangan, aku segera menghampiri Rahmat yang sedang menatapku.

"Maafin aku... Hix.. Hix.. " ucapku dengan isak tangis. "Iya aku yang salah,  aku nggak pernah ngertiin kamu. " jelasku.

"Nggak sa,  ini salahku. Aku mohon jangan ulangi kata katamu ya" ucapnya penuh kelembutan.  Aku hanya mengangguk kan kepala, dan aku duduk disampingnya sambil menggenggam tangannya.  Mama dan tante menghampiri kami.

"Jangan diulangi lagi ya nak,  kasian mama dan papa kamu. " ucap mama, dia hanya tersenyum.

"Kamu persis kayak papa kamu, apapun akan dilakukan. Awas sampai kamu ulangi lagi,  kalau kamu ulangi lagi. Sasa bakal mama jodohin sama temen kamu.! " ancam tante nike.

"Nggak bakal" cueknya.

"Oh ya, mama dan tante mau pulang dulu, bawa keperluanmu. Nantik papa dan om kesini." pamit mama.

"Iya ma" jawabnya.

"Ya udah mama pulang dulu ya sa, mat. Jagain rahmat ya sa. " ucap mama.

"Iya ma pasti" jawabku. Mereka pun keluar dari ruangan, aku sudah lelah dan ngantuk. Aku memilih tidur.

Cahaya Cinta Seorang Wanita Biasa❤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang