7 tahun yang lalu
"Tunggu sini dulu ya, Na. Gue cari bukunya dulu." Hari ini Ardan berniat untuk belajar bersama Anjana, karena sebentar lagi dirinya akan menghadapi Ujian Nasional dan berhubung umurnya dan Anjana hanya berjarak 1 tahun, Ardan berpikir bahwa Anjana pasti masih ingat apa saja materi yang keluar saat UN tahun lalu.
"Oke. Btw, orang rumah pada kemana Dan?"
"Papa lagi kerja, Mama di dapur, Ardi tidur, Mas Iyal gatau kemana." Kata Iyal sih tadi dia di rumah. Tak bisa dipungkiri, salah satu alasan Anjana mau repot-repot kesini untuk mengajari Ardan adalah untuk bertemu Ardial.
Setelah 10 menit lamanya, Ardan tak kunjung kembali dari kamarnya. Ah Ardan lama banget sih, keburu mager gue.
"Loh, Anjana? Ngapain?" Anjana terkejut, tiba-tiba ada yang memanggilnya. Ardial datang dengan rambut yang masih basah, seperti orang sehabis mandi, wajahnya pun masih basah.
"Eh, hai Mas Iyal. Anjana mau belajar bareng sama Ardan." Duh kok gue deg-degan setengah mampus gini sih?!
"Oalah, yaudah bentar ya Mas Iyal ke dalem dulu. Mau minum apa, Na?"
"Hah? Gak usah repot-repot kali, Mas. Kayak sama siapa aja." Di saat yang bersamaan, Ardan datang. "Lah lo udah dateng , Mas?"
"Emang seharian gue di rumah. Tapi abis ini mau pergi kayaknya. Belajar yang bener lo!"
"Kurang baik apa gue? Jadi bisa ketemu kan lo sama Anjana??" Raut wajah Ardial spontan berubah, menahan malu mungkin. Sialan, bocor banget sih mulutnya Ardan.
"Gue masuk dulu."
"Kicep tuh doi. Tau gak, Na? Semalem gue minta diajarin sama dia, tapi kata dia suruh belajar sama lo aja. Terus tadi pas gue mau ke rumah lo, kata dia 'Anjana nya lo bawa kesini sekalian ya, Dan.' Bisa aja emang modus terselubungnya. Ayo deh belajar, ajarin persamaan linear dong, Na. Masih bingung gue."
Baru beberapa menit Anjana mengajari Ardan, Ardial sudah datang lagi. "Woy, nih tempat pensil lo ketinggalan." Ardial yang baru datang lalu melempar tempat pensil Ardan.
"Ih, ya emang sengaja gak gue bawa semua. Nih gue udah ngambil pensil." Ardial tak merespon, ia langsung duduk di sofa ruang tengah rumahnya itu.
"Lah, lo mau ngapain? Katanya mau pergi?"
"Ya mau duduk, pelit banget sih lo. Gue masih nunggu Papa balik."
"Alesan mulu." Duh kalo Ardan begini terus gue sama Mas Iyal jadi canggung nanti.
"Ih kok malah berantem sih kalian? Lanjut belajar, Dan. Tuh coba kerjain dulu contoh soal yang gue kasih. Pake cara yang tadi gue jelasin aja." Ardan pun langsung diam dan segera mengerjakan contoh soal tersebut.
"Gimana rasanya jadi anak SMA, Na? Seru gak?" Tiba-tiba Ardial membuka pembicaraan dengan Anjana.
"Hah? Hmm, ya begitu deh. Namanya masih siswa baru, ya lagi masa-masanya adaptasi aja. Masih takut ini itu hehe. Tapi so far seru seru aja sih, Mas." Ardial hanya mengangguk.
"Kalo Mas Iyal lagi sibuk apa? Gimana proses pendaftaran nya?" Kali ini Anjana giliran Anjana yang bertanya.
"Lancar kok, ini lagi nungguin Papa soalnya dia mau nemenin medical check up. Na, mau nanya dong."
"Tanya aja lah, Mas. Daritadi kan Mas Iyal juga nanya mulu." Mau nanya apa ya Iyal kira-kira?
"Hmm, tadi pas Mas Iyal lewat depan rumah, terus liat ada cowok gitu. Bawa makanan kayaknya, itu siapa, Na?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua
RomanceJust remember that some people will be worth to get a second chance -Ardial Adhitama If you're lucky enough to get a second chance, don't waste it -Anjana Elmira Dimitria Sometimes there is no next time, no second chance, no time out. It's about NOW...