27. The Roof Top

2.9K 150 1
                                    

"Na, darimanaa?" tanya Farhan saat melewati koridor ruangan dokter koass.

"Dari ruangan Dokter Rey. Lo sendiri? Mau kemana?" tanya balik Anjana.

"Ini gue abis ngeprint laporan, sekarang mau nyari Ricky sama Je dulu. Duluan deh yaa, di dalem ada Priscil sama Zara kok." pamit Farhan.

"Oalah okee. Gue masuk deh, semangat Farhan!" Anjana menyemangati Farhan, lau ia masuk ke ruangan koass.

"Eh panjang umur lo, Na." sambut Zara.

"Idih abis gibah lo ya??" tanya Anjana bercanda.

"Ih bukan lah. Kita tuh lagi ngomongin, waktu kok cepet banget yaa? Koass kita udah selesai, we're officially a doctor loh!" seru Priscil sambil mengemasi barang-barangnya.

"Belum, Cil. Internship dulu..." ucap Anjana santai.

Masa koass mereka telah berakhir kurang lebih sejak 2 minggu lalu. Anjana dan rekan-rekannya itu beruntung karena menjalani masa koass hanya dalam waktu 1,5 tahun.

"Iyaa, secepat waktu gue mengenal dan bertemu Adhi." kata Zara dengan suara agak puitis.

Anjana dan Priscil bergidik geli mendengarnya. "Jijik ah dengernyaa. Lebay loooo." kata Priscil.

Bicara soal Adhi alias Ardial, sudah dua minggu lamanya Ardial tak berada di rumah sakit ini. Tidak ada yang tahu alasan Ia menghilang tiba-tiba kecuali Anjana.

Ardial.. Dia sekarang dimana ya? Apa udah berangkat pelatihan? tanya Anjana dalam hati. Sejak kejadian malam itu, Anjana terus kepikiran Ardial.

Di sisi lain, ada Pak Bandriyo yang hari ini akan kembali ke rumahnya karena keadaannya berangsur membaik dan diizinkan untuk pulang oleh pihak dokter dan dokter pribadinya.

"Aneh ih tapi masa tiba-tiba dia pergi gitu ajaa, gak ada pamitnya sama kita. Sama gue terutama." gerutu Zara.

"Emang lo siapanyaa sampe harus dipamitin?" tanya Anjana ketus.

"Kok lo sewot sih?! Emang dia pamit sama lo?" Zara bertanya balik. Anjana tak berkutik mendengar pertanyaan Zara barusan. Anjana mengaku bodoh karena sudah tak sadar berbicara seperti itu.

Ah bodoh banget sih gue! Ngapain segala ngomong kayak gitu coba?!

"Ha? Mmm-maksud guee... ya kan kita sama-sama ketua tim tuh, at least pamitannya ke gue gitu, biar gue yang mewakili pamitannya dia ke kalian semuaa." alibi Anjana.

"Oohh. Ih dasar riya banget lo mentang-mentang ketua." ledek Zara.

"Eh, Na. Itu pasien VVIP siapa namanyaa? Duh gue lupa." tanya Priscil.

"Pak Bandriyo? Kenapaa?"

"Nah iyaa! Gue denger-denger hari ini dia mau pulang. Tapi tau gaksih? Masa dia pulang dijemputnya sama helikopter anjrit!" cerita Priscil penuh antusias.

"Hah? Sotoy lo ah! Tau darimanaa?" kali ini Anjana memang tidak tahu kalau beliau akan dijemput dengan helikopter.

Sebenarnya siapa Pak Bandriyo ini? tanya Anjana dalam hati.

"Ih tadi gue denger perawat perawat julit di Information Center. Terus nih ya denger-denger, lantai 6 sampe lantai 10 udah disterilin gitu. Jadi selama dalam kurun waktu 30 menit gak ada yang boleh mondar mandir di koridor lantai-lantai itu." Anjana dan Zara masih menyimak informasi dari Priscil.

"Lah terus kalo ada pasien keadaan darurat gimana? Kan dokter harus nyamperin mereka pastinya." tanya Zara.

"Aduuhh, itu mah gampang kali. RS kita ini bagus, SDM sama fasilitasnya kelewat memadai. Ya dokter-dokter udah pada standby lah di ruangan pasien yang darurat gitu." jawab Priscil.

Kali KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang