33. The Day

4.2K 170 1
                                    

Hari yang ditunggu tunggu akhirnya tiba juga. Di pagi yang cerah ini, Ardial dan Anjana melaksanakan prosesi akad nikah yang akan dilanjutkan dengan resepsi dan tak lupa pedang pora.

Suasana semakin menegang ketika Abelard mulai menjabat tangan Ardial, persiapan ijab qabul.

"Bismillahirrahmanirrahim, ananda Ardial Adhitama bin Ardianto Baratama, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri kandung saya, Anjana Elmira Dimitria, dengan mas kawin 300 gram logam mulia, dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Anjana Elmira Dimitria binti Abelard Dimitri dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai."

Ardial berhasil mengucapkan 15 kalimat tersebut dalam satu tarikan nafas.

Tak ada yang lebih membuatnya merasa lega dan 'campur aduk' melainkan berhasil melafalkan ijab qabul dengan lancar dihadapan orang tuanya dan orang tua Anjana, serta keluarga dan kerabat juga pastinya.

Ardial tidak dapat mendeskripsikan perasaannya saat ini. Senang, terharu, grogi, dan masih banyak lagi. Nafasnya yang masih berderu cepat, jantungnya yang berdegup kencang, dan tangannya yang masih gemetar hebat setelah mengucapkan ijab qabul menggambarkan perasaan campur aduknya saat ini. Suasana tegang dan haru di ruangan ini pun masih sangat terasa.

"Alhamdulillah..."

"Alhamdulillah, sah..."

Satu persatu keluarga dan kerabat mengucap syukur setelah Ardial selesai mengucapkan ijab qabulnya dengan lancar. Hal itu juga menjadi tanda bahwa Ardial sudah sah menjadi suami Anjana secara agama dan negara.

"Alhamdulillah. Good job, boy." seru Abelard-sang wali nikah pada Ardial.

"Alhamdulillah, thank you Pa." ujar Ardial.

"Kita tunggu istrimu datang, yaa." kata Abelard.

Tak lama, Anjana datang menuju ke meja ijab qabul didampingi oleh kedua saudari sepupunya.

Ya, saat ijab qabul Anjana dan Ardial berada di tempat terpisah. Anjana menyaksikan prosesi tersebut melalui layar monitor.

Langkah demi langkah Anjana lewati untuk menghampiri seorang pria yang ia cintai, yang baru saja telah sah menjadi imamnya, Ardial Adhitama yang sedang menunggunya di depan sana.

Ardial menatap Anjana dengan mata berbinar, jantung yang masih berdegup kencang dan tangan yang masih gemetar. Bahkan Ardial sempat menitikan air matanya sesaat setelah ijab qabul tadi.

"Hai, imamku." sapa Anjana berbisik saat Ia telah tiba dihadapan Ardial.

Ardial tersenyum haru sambil menahan tangisnya. Ia masih tidak percaya dengan kejadian yang baru saja terjadi. Semua perjalanan hidup yang Ia lewati, lika liku kehidupan dan asmaranya, perjuangannya untuk kembali bersama Anjana, bahkan sampai prosesi ijab qabul tadi berhasil Ia lewati.

"I love you, Na." seru Ardial.

Anjana membalas dengan senyuman, senyum penuh makna yang menghangatkan hati Ardial.

Setelah penandatanganan berkas, penyematan cincin, penyerahan seserahan, sesi foto bersama, hingga sesi sungkeman dilaksanakan, acara selanjutnya adalah acara ramah tamah dan makan bersama keluarga besar.

"Mas, selamat ya. Semoga keluarga lo jadi keluarga yang sakinah mawaddah warohmah. Gue ikut seneng liat lo nikah, tapi sedih juga mas sebenernya." ucap Ardi.

Ardi dan Ardan, kedua adik Ardial menghampiri Ardial. Mereka saling berpelukan dan memberi ucapan selamat pada kakak sulungnya.

"Akhirnya lo dan Anjana bersatu juga mas. Gue merasa berhasil sebagai mak comblang hahaha. Baik-baik ya mas, gue ikut seneng untuk kalian berdua. Semoga kalian berdua selalu diberkahi kasih sayang dan rezeki oleh Allah. Sakinah mawaddah warahmah, yaa.." ujar Ardan.

Kali KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang