29. The End?

4.1K 203 4
                                    

"Sorry ya, gue jadi ganggu waktu packing lo."

"Santai aja. Ada apa, Bar? Tumben."

Hari ini Bara mengajak Ardial untuk bertemu. Disinilah mereka bertemu, di rumah Ardial.

"Besok banget lo berangkatnya?" tanya Bara.

"Iya nih. Doain lancar ya." jawab Ardial.

Bara hanya mengangguk sambil menyesap es kopi susunya.

"This is so good. Lo yang bikin?" puji Bara.

"Iyaa. Bagus deh kalau enak hehe." kata Ardial yang sedang menikmati es kopinya juga.

"You know what? Actually, we can be a good friends loh." ucap Bara.

"Really?" tanya Ardial.

"Of course. Waktu pertemuan pertama aja kita udah gaada canggung canggung nya. You know like sksd kali ya kalau bahasanya anak jaman sekarang hahaha." Bara dan Ardial tertawa mengingat pertemuan pertama kali mereka.

"Iya iya haha. Lo sih segala jalan gak liat liat." ujar Ardial.

"Iyaa, terus lo tuh yang duluan sksd sama gue." kata Bara tak mau kalah.

"Ya abis lo keliatan kayak orang linglung gitu, sendirian. Ya gue ajak join aja. Lumayan jadi temen ngobrol." lanjut Ardial.

"Hahaha, apa kabar kedua adik lo yang kocak itu? Jadi inget, mereka kan ya yang jemput lo waktu itu?" tanya Bara.

"Baik. Si Ardan baru keterima kerja di firma hukum, kalau Ardi ya masih menikmati masa masa jadi mahasiswa baru." Ardial menceritakan kedua adiknya pada Bara.

"Oalah masih maba toh adik bungsu lo." kata Bara sambil mengangguk.

"Yap."

"Do you ever feel about how amazing this world living?" tanya Bara sedikit random.

"Hmm?" Ardial terlihat bingung.

"Iya, kehidupan antar makhluk hidup yang saling bergantung dan berdampingan, waktu yang cepat berlalu, dan kejadian kejadian lainnya yang gak pernah lo sangka sebelumnya." lanjut Bara.

"Contoh?" tanya Ardial yang terlihat masih bingung.

"Contoh? Hmm.. Contohnya kejadian dimana orang yang lo kenal ternyata juga kenal sama temen atau orang terdekat lo. Istilah terkenalnya, 'dunia itu sempit'." jelas Bara.

Kini Ardial mengerti maksud Bara. Sepertinya Ia sedang intermezzo untuk membahas tentang seseorang yang Ardial yakini adalah Anjana.

"Oh I see.. Iya sih bener. Emang banyak sih kejutan kejutan gak terduga dari alam semesta." Ardial menyetujui pernyataan Bara.

"Anjana misalnya." kata Bara tiba-tiba.

Tuh kan bener. Dia mau ngarah ke Anjana.

"Gue sama Anjana sebenernya udah kenal lama. Ya mungkin lebih lama sama lo sih. Tapi kita emang jarang ketemu aja walaupun temenan dari lama. Waktu gue ada reuni SMP gitu, terus lagi cerita cerita, salah satu temen gue cerita kalau cewenya gagal lolos di babak 15 besar Puteri Indonesia. Terus temen gue yang satu lagi, Raffa namanya. Dia bilang, 'Sahabat cewek gue juga tuh, cuma sampe 5 besar. Padahal dikit lagi bisa jadi runner up. Sayang aja, padahal orangnya cantik banget. Mana pinter, model, dokter pula.'. Gitu katanya." Bara menceritakan awal mula momen dimana Ia dan Anjana bertemu kembali.

"Hahaha, maksudnya si Raffa itu Anjana?" tanya Ardial.

"Betul banget. Lo tau? Bodohnya, gue lupa kalau ceweknya Raffa tuh temen SD gue hahaha. Aturan kan gue langsung tau ya siapa cewe yang Raffa
maksud tadi, eh gue segala nanya lagi ke si Raffa." Bara tertawa mengingat kejadian beberapa tahun lalu itu.

Kali KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang