Malam ini, Ardial sedang menunggu kedatangan Rayne di Bandara Internasional Hongkong. Tugas Ardial beserta timnya telah selesai. Mereka hanya perlu menangkap seorang mafia yang melarikan diri ke Hongkong. Penangkapan sekelompok mafia ini belum sepenuhnya tuntas, karena sekelompok mafia ini terlalu banyak anggotanya, dan dilansir memiliki hubungan kerja sama dengan beberapa pengusaha di Indonesia. Enggan untuk memikirkannya berlarut-larut, setidaknya tidak untuk hari ini, Ardial akhirnya memilih untuk berbicara dengan Abhi yang menemaninya untuk menjemput Rayne.
"Main hp mulu lo, Bhi. Kayak ada yang chat aja." Padahal Ardial tau jika Abhi memang sedang chatting dengan seseorang yang tidak lain tidak bukan adalah adik sepupunya sendiri.
"ck, rese lo, Yal. Rayne belom dateng juga? Lama banget sih." Abhi mencoba mengalihkan topik.
"Belum, tadi pesawatnya delay. Chat sama siapa sih, Bhi? Kok lo udah jarang cerita sekarang?" Raut wajah Abhi tiba-tiba berubah menjadi panik, seperti menutupi sesuatu. "Lo masih deketin Nayya?" Kanayya Btari atau yang lebih sering dipanggil dengan nama Nayya, sepupu Ardial.
Abhi terdiam sejenak, "Yal, tapi lo jangan marah ya."
"Kenapa? Mr. Lee kabur?" Mr. Lee merupakan mafia yang telah tertangkap oleh tim Ardial kemarin. Sebenarnya Ardial tau apa yang ingin Abhi bicarakan, namun ia memilih untuk pura-pura tidak mengetahui apa-apa.
"Mana ada kabur?! Kan kita sendiri yang kemarin ngurusin doi sampe tuntas. Serius nih, gue mau ngomong sesuatu."
"Apa?"
"Gue... udah jadian sama Nayya hehehe." Ardial hanya merespon dengan anggukan. Abhi tampak bingung mengapa respon sahabatnya ini sangat biasa bahkan tampak tak peduli. Abhi sampai meletakkan punggung tangannya ke dahi Ardial, Nih orang sakit atau gimana?
"Apa-apaan sih lo, Bhi?"
"Gue jadian sama Nayya, Yal. Nayya. N A Y Y A. Adik sepupu lo."
"Ya terus kenapa?" respon Ardial masih seperti awal, biasa saja.
"Hah? Lo gak marah? Atau kaget? Atau apapun itu lah, respon lo biasa banget, anjir. Dulu aja gue dilarang keras deketin Nayya." dulu saat Abhi berniat ingin mendekati Nayya dan meminta izin kepada Ardial, Ardial melarangnya. Hal itu dikarenakan saat itu Nayya masih duduk di bangku SMA, jelas Ardial melarang. Mengingat jarak usia Abhi dan Nayya lumayan jauh, sekitar 4 tahun. Bagi anak SMA jarak usia sebanyak itu masih terlihat tabu.
"Gue udah tau kali. Gue cuma nunggu lo berani cerita aja. Udah berapa lama, Bhi?"
Oiya, pasti Iyal tau dari Nayya lah.
"Udah jalan 3 bulan kayaknya..." ada jeda di kalimat akhir Abhi, "Yal, gue janji. Gue janji bakalan jaga dan bahagiain Nayya semampu dan sebisa gue. Lo tau gue, Yal. Gue gak pernah main-main kalo udah ada niat serius, apalagi hubungannya sama cewek."
Ardial tersenyum lalu menepuk pundak Abhi, "Chill, bro. Gue titipin Nayya ke lo. Inget satu hal, laki-laki yang dipegang itu omongannya, janjinya. Just show me, lo laki beneran apa nggak."
"Ah jadi terharu gue, Yal. Thanks, Yal. Jangan bosen-bosen ya sama gue." Abhi memeluk Ardial.
"Iya iyaa. Oh berarti sekarang lo manggil gue harus pake embel-embel 'Mas' atau 'Bang', haha balik lagi lo manggil gue Bang Iyal kayak dulu."
"SIAP LAKSANAKAN BANG IYAL!!"
Ardial terkekeh melihat tingkah konyol sahabat sekaligus partner kerjanya itu.
"Eh Nayya punya saudara gak sih? Kakak atau adik gitu? Maksud gue, biar gampang gitu gue kalau mau nanya-nanya atau nyari Nayya kalau dia lagi gak bisa dihubungin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua
RomanceJust remember that some people will be worth to get a second chance -Ardial Adhitama If you're lucky enough to get a second chance, don't waste it -Anjana Elmira Dimitria Sometimes there is no next time, no second chance, no time out. It's about NOW...