12. Who's That Man?

2.9K 180 2
                                    

"Aku kan udah bilang, jangan pernah sentuh Anjana!" Ardial menarik Rayne keluar rumah Anjana.

"Dua kali, Yal. Dua kali!! Kamu pikir aku gatau kalau kemarin kamu yang jemput Anjana di club?! Untuk apa kamu sampe ngerepotin diri kamu sendiri buat nolongin Anjana kalau emang kalian udah gak ada apa-apa?!" Rayne berteriak seakan tak terima.

Saat ini, tepat tengah malam setelah acara di rumah Ardial selesai dan tentunya setelah kejadian yang menimpa Anjana tadi, keluarga Ardial sedang berada di rumah Anjana.

"Bisa pelan-pelan gak ngomongnya?"
Ardial berbisik dan menengok ke arah ruang tengah rumah Anjana dimana dua keluarga sedang berbincang-bincang.

"Bapak dan Ibu Abelard, Kami mohon maaf atas kejadian yang menimpa Anjana tadi." ucap Mama Ardial.

"It's okay, Bu Ardianto. Justru kami yang gak enak sama keluarga kalian. Gara-gara kejadian tadi, acara kalian jadi berantakan. Anjana gak kenapa-kenapa kok, dia lagi tidur di kamarnya." jawab Mama Anjana.

"Jawab aku dulu, Yal. Anjana itu sebenernya siapanya kamu?" Rayne masih merengek meminta penjelasan.

"Aku sama Anjana gak ada apa-apa! Hubungan kami hanya sebatas tetangga, dia udah aku anggep adik aku sendiri karena dia juga temannya Ardan, dan adiknya juga temannya Ardi. Puas kamu?!" Ardial menjelaskan.

"Tapi kenapa kamu sampe segitu pedulinya sama dia?!" bentak Rayne.

"Ardial? Rayne? Kalian disini juga?"

Ardial dan Rayne terkejut karena ternyata kedua orang tua Ardial sudah selesai berbincang dengan orang tua Anjana.

"Loh, Mama Papa udah selesai ngobrolnya?" Ardial balik bertanya.

"Udah, Anjana udah sadar. Mama dan Papa gaenak, jadinya kami pamit duluan. Ayo pulang Yal." ajak Mama Ardial.

"Mama dan Papa duluan aja, Iyal dan Rayne mau ke dalam dulu sebentar nengokin Anjana." ucap Ardial berbohong. Sudah dipastikan Rayne enggan untuk menengoki Anjana.

Keduanya hanya mengangguk dan tersenyum, lalu bergegas pulang.

"Ayo masuk. Minta maaf sama Anjana." perintah Ardial.

"Big no! Aku gak mau dan gak akan pernah minta maaf sama dia!" jawaban ini sudah diduga oleh Ardial sebelumnya.

"Fine. Tadi kamu nanya kan alasan kenapa aku masih peduli sama Anjana? Karena aku manusia, manusia punya hati, manusia punya naluri untuk saling menolong satu sama lain." ucap Ardial penuh penekanan dengan nada sarkas.

"Kamu nyindir aku? Aku punya hati, Yal. Karena aku punya hati, jadi aku gak mau hati aku hancur gitu aja ngeliat kamu sama Anjana."

Sinting juga nih cewek, ucap Ardial dalam hati.

"Bagus kalau masih punya hati. Sekarang kamu pulang. Aku udah telpon supir kamu." Ardial sangat lelah menghadapi Rayne.

"Kamu ngusir aku?!"

"Iya."

Rayne melongo mendengar kata 'Iya' dari mulut Ardial barusan.

"Perfect! Supir kamu datang tepat waktu, kamu bisa pulang sekarang." Ardial membukakan pintu mobil Rayne dan menariknya masuk ke dalam mobil.

"Yal?! Apa apaan sih ini?"

"Pak, tolong antar Rayne pulang. Hati-hati." lalu Ardial menutup pintu mobil itu.

"Tunggu, Pak!" Rayne membuka kaca mobilnya. "Denger ya, Yal. Aku gak main-main, seribu kali kamu bilang jangan sentuh atau ganggu hidup Anjana, seribu kali juga aku akan berusaha ngelakuin itu."

Kali KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang