Ardial menyetir mobil ditengah kesunyian jalanan Ibu Kota pada dini hari. Anjana sudah tidak sadar, sepertinya wanita itu tertidur. Ardial hanya diam, yang ada di pikirannya hanya bagaimana secepatnya ia sampai di rumah Anjana.
Uhuk uhuk uhuk... Anjana terbatuk dan tiba-tiba terbangun, spontan Ardial pun menoleh dan sedikit panik.
"Na? Kamu gapapa?" Yang ditanya hanya diam sambil menerawang, melihat sekeliling.
Anjana menarik nafasnya dalam dalam, "Huuuuhh, dingin."
"Tutup resleting jaketnya, Na. Bisa sendiri kan?" Ardial lupa menutup resleting jaket miliknya yang ia pakaikan pada Anjana.
"Hmm? Gabisa hehe pusing aku. Ih resletingnya kok gede bangeeeeet." She is drunk, batin Ardial.
"Ada apa, Na? Kok bisa sampe begini?" Ardial bertanya, entah akan dijawab atau tidak.
Hening.
Yaiyalah gabakal dijawab, orang lagi mabuk. Kalaupun dijawab pun paling jawaban ngasal. Anjana Anjana..
"Kamu siapa sih? Aku boleh nanya nggak?"
Dengan ragu Ardial menoleh, lalu menjawab, "Sure."
"Hmm kamu temennya Bara bukan?"
"Kenapa nanya begitu?" Ardial balik bertanya.
"Yeaahh berarti bukan yaa? Kalau... hmm aku lupa siapa nama cowok satunya. Pokoknya aku kesel deh sama dia!! Huh keseeeeell." Anjana berbicara dengan nada merajuk.
Apa maksud Anjana itu gue?
"Ardial?" Ardial bertanya ragu-ragu.
"NAAAAHH!! IYA SERATUS BUAT KAMU YEEAAAAY!!" Kali ini Anjana berteriak antusias seperti anak SD yang jawaban pertanyaannya berhasil ditebak oleh temannya.
"Kamu kenal sama Ardial?" It's me, Anjana.
"Memangnya kenapa?" lagi, Ardial justru balik bertanya.
"Iiiih kamu nih kalo ditanya malah balik nanya." Anjana kembali merajuk.
"Oke maaf. Ada yang mau kamu sampaikan? Saya kenal keduanya." Anjana menengok ke kanannya, Ardial yang sedang menyetir.
"Tapi janji yaa jangan bilang-bilang." Anjana menjulurkan jari kelingkingnya, untuk pinky promise.
"Iya, saya janji." Ardial menyambut juluran jari kelingking Anjana.
"Hmm wait a minute... kok ini gelap sih? Kita dimana? Di luar angkasa? Hahaha." Ardial hanya diam mendengarkan racauan Anjana.
Tiba-tiba Anjana menangis.
"Loh? Kok nangis? Jangan nangis, ada apa sebenernya?"
"Ya kan aku sedih! Masa sedih disuruh ketawa?!"
"Kamu tau jelas apa kelemahan saya, Na. Jangan nangis please." Anjana diam tak merespon.
"Mas Iyal...."
Ciiiiitttttt....
Ardial mengerem mobilnya mendadak. Dia sadar?
Ardial tidak berani untuk menengok ke Anjana. Pandangannya masih lurus ke depan.
Anjana menangis lagi...
"Mas Iyal jahaat!! Hiks hiks... Aku salah apa sih sama diaaaa??? Kenapa dia jahat sama akuuu haaaa?! Sekarang udah ada Bara and suddenly he's coming to my life.. again."
Ardial memberanikan diri untuk menengok. Memperhatikan dan menyimak racauan Anjana kali ini.
"Bara juga jahaaaat!! He knows how much i love him tapi dia masih percaya sama orang lain! Rayne sialaaaann!! Huhuhuuu gue salah apa sih sama lo Rayneee?! Gue gak pernah jahatin lo, gue gak pernah ambil semua yang lo mau dan yang lo punya!!! Even Farrell... bukan gue yang ngerebut dia!! Ambil tuh Farrell!" Farrell? Sounds familiar, batin Ardial.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua
RomanceJust remember that some people will be worth to get a second chance -Ardial Adhitama If you're lucky enough to get a second chance, don't waste it -Anjana Elmira Dimitria Sometimes there is no next time, no second chance, no time out. It's about NOW...