13. Terror

2.6K 175 0
                                    

"Bara? Kamu lagi dimana?" tanya Anjana lirih.

"Baru selesai syuting sih, kenapa?"

"Aku..." Anjana berusaha menahan tangisannya. Malam ini, sepulang koass, Anjana menelpon Bara. Bukan, bukan untuk membicarakan apa yang disarankan oleh Dara. Ada sesuatu hal yang membuatnya takut dan entah mengapa Bara orang pertama yang Ia hubungi.

"Loh kamu kenapa? Kok nangis? Kamu dimana? Aku kesana sekarang ya?" Bara mendadak menjadi panik mendengar suara Anjana.

"Aku takut, Bar..."

"Kamu dimana? Aku jemput, ini aku udah jalan. Tenang dulu, jangan nangis, sayang." Bara berusaha menenangkan Anjana.

"Aku di RS."

"Okay, wait for me. I'm on my way." lalu Anjana mematikan teleponnya.

Perjalanan Bara dari lokasi syuting sampai rumah sakit tempat Anjana koass memakan waktu 30 menit. Sesampainya di rumah sakit, Bara segera mencari Anjana dengan gusar ke ruangan dokter koass.

"Anjana! Na, ini aku. Buka pintunya, Na!" Bara menggedor-gedor pintu ruangan itu dengan paniknya. Namun rupanya pintu itu tak dikunci sehingga Bara bisa masuk setelah itu.

"ANJANA?!" Bara terkejut melihat Anjana sedang meringkuk sambil menangis di lantai dekat meja kerjanya.

"Na, are you okay? I'm here, sayang." Bara segera memeluk dan menenangkan Anjana.

Perlahan, Anjana mencoba mengangkat wajahnya dan melihat Bara yang sedang memeluknya.

"Bara..." ucap Anjana lirih.

"Ya sayang? Ssshhh tenang, aku disini." kata Bara sambil membelai rambut Anjana.

"Bara maafin aku."

"Maaf untuk apa? Kamu kenapa, sayang?" tanya Bara bingung.

"Bar kamu gapapa kan? Ada yang luka? Tadi di jalan gaada apa-apa kan?" Anjana mendadak bangkit dengan paniknya lalu mengecek keadaan Bara.

"Hei... I'm totally okay. Kamu kenapaa? Kok sampe begini? Ayo duduk dulu tenangin diri dulu." Bara menuntun Anjana duduk di kursi dan mengambil air minum untuk Anjana.

"Nih minum dulu." Bara menyodorkan gelas berisi air pada Anjana.

Anjana meminumnya tergesa-gesa, "Pelan-pelan sayang minumnya." kata Bara.

"Ayo tenangin diri dulu. Terus bilang ke aku. Kamu kenapa? What's happened?"

"Kamu gapapa kan, Bar?" tanya Anjana lirih sambil membelai pipi Bara.

"Na, harusnya aku yang nanya kayak gitu ke kamu. Kamu kenapa? Rasanya jantungku copot waktu denger kamu nangis tau gak? Aku langsung buru-buru nyetir kesini, Gilang sampe aku tinggalin di lokasi." Bara sepanik itu mendengar Anjana menangis saat di telpon tadi, bahkan sampai detik ini deru nafasnya masih tak beraturan.

"Aku.. aku takut. Tadi ada yang dateng kesini. Dia ngancam aku."

"Siapa? Siapa yang berani ngancam kamu? Bukan fans aku kan?" tanya Bara.

"Bukan."

"Terus siapa?"

Gue gak mungkin ngasih tau siapa yang ngancem gue. Gue cuma perlu ngelakuin apa yang dia mau.

"Na? Kok bengong? Siapa?" tanya Bara lagi.

"Aku... gak kenal." jawab Anjana terbata-bata.

"Security disini gimana sih? Kok stranger gitu sampe bisa masuk kesini? Ayo kita pulang, nanti aku yang protes sama pihak rumah sakit." Bara membantu Anjana untuk berdiri.

Kali KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang