23. The Theory

2.6K 133 1
                                    

"Na? Mama boleh masuk?"

Riana mengetuk pintu kamar anaknya, izin untuk masuk ke kamar putri kesayangannya.

"Hmm? Sini sini masuk, Ma.." jawab Anjana sambil mengetik di laptop. Nampaknya Anjana sedang sibuk mengerjakan tugasnya.

"Kamu lagi sibuk?" tanya sang Mama saat Ia sudah duduk di kasur Anjana.

"A little bit. Tinggal revisi laporan aja kok." jawab Anjana yang masih terpaku pada laptopnya.

"Gimana syutingnya?" tanya Mamanya kembali.

"So far so good. Seru ternyata berkarya lewat seni peran." jawab Anjana dengan antusias.

"Baguslah, asal nggak mengganggu koass kamu." titah sang mama.

"Doctor-tainment is cool, mom." jawab Anjana sambil terkekeh.

Riana tak merespon candaan Anjana, justru diam memandangi sekitaran kamar Anjana.

"Kak..." lalu tiba-tiba Riana memanggil Anjana tetapi dengan nada yang berbeda dari sebelumnya, hal itu membuat Anjana berhenti melakukan kegiatannya dan langsung menengok ke arah Mamanya yang sedaritadi duduk di belakangnya.

"Ma? Ada apa?" tanya Anjana.

"Sini, duduk sebelah Mama." ucap sang Mama sambil menepuk-nepuk kasur Anjana.

"Apa nih? Jangan bikin Kak Na deg-degan dong..."

"Kamu sama Bara gimana?" tanya Riana to the point.

"Astaga Mamaaa, Kak Na kira mau bahas apa gitu, ternyata nanyain Bara."

"Orang mama cuma mau ngobrol ngobrol aja kok sama kamu." kata sang Mama.

"Hmm, aku baik-baik aja sama Bara. Yaa walaupun akhir-akhir ini sempet diem-dieman, tapi ya masih batas wajar laah, namanya juga pacaran." jawan Anjana santai.

"Kalian nggak ada niat serius?" tanya sang Mama.

"Hah?" kini Anjana yang balik bertanya. Ia bingung, ini mama ngetest gue atau emang udah tau soal rencana tunangan gue sama Bara?

"Kok 'hah'?"

"Ya abisnya Mama tiba-tiba nanya kayak gitu. Ini ada apa sih sebenernya?"

"Kemarin arisan ibu-ibu, terus temen mama ada yang ngasih undangan pernikahan anaknya." akhirnya Mama Anjana memberi tahu alasan mengapa Ia bertanya seperti itu kepada Anjana.

"Astaga Mamaaaa. Mama iri? Mau bagiin undangan nikahan anaknya juga gitu? Terus terang aku mau selesain koass dulu, Ma. Belum lagi nanti ambil spesialis, masih lama deh pokoknya. Tuh Adrian aja suruh nikah duluan, pacaran mulu." keluh Anjana.

"Huss kamu nih! Omongan itu doa! Kalo beneran masih lama nikahnya gimana? Lagian mama tuh bukannya iri kali, Na. Mama juga tau kamu mau selesain koass kamu dulu." dalih sang Mama.

"Lah kalo bukan iri terus apa namanya Mamaaaa?!" Anjana bertanya dengan nada meledek.

"Ya Mama kesel diledekin, temen Mama ada yang bilang gini, 'Itu anaknya Bu Ardianto juga gak nikah-nikah, kenapa gak nikah aja sama anaknya Bu Abelard? CLBK gituu'. Emang bener kamu deket lagi sama Iyal?" mendengar penjelasan dan pertanyaan sang Mama barusan, membuat Anjana diam sejenak.

"Na? Ditanyain kok malah diem. Jangan-jangan bener ya? Walaah jangan bilang kamu akhir-akhir ini sering ribut sama Bara gara-gara Ardial?" Anjana masih diam, bagaimana bisa tebakan Mamanya barusan itu bisa tepat sasaran?

"Na? Mama tau dulu kalian gimana. Mama juga tau kamu gimana ke Ardial. Tapi sekarang kan ada Bara, walaupun Ardial sekarang datang lagi dan meminta seribu maaf dari kamu, Mama yakin kamu bisa memilih mana yang terbaik. Mama cuma gak mau kamu sakit dua kali dengan orang yang sama pula. Kamu tau sendiri gimana keadaan keluarga dia, ditambah masalah Ardial sama Papanya yang katanya sih sampe sekarang belum selesai. Mama gamau kamu terlibat dengan hal-hal rumit kayak gitu. Liat Bara, dia anaknya baik, dari keluarga baik-baik pula. Keluarganya welcome sama kamu kan? Kita juga welcome sama Bara kok..." lalu Anjana memotong penjelasan panjang sang Mama.

Kali KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang