The chapter is short and typos are excessive.
"Lala... ayolah, Abang pengen punya pacar masa nggak boleh?" tanya Rezvan dengan mencebikkan bibir sebal.
"Nggak mau! Kalo Abang udah punya pacar nanti Cilanya dicuekkin kayak Kakak temen Cila. Yang biasanya nganterin Cila nanti jadi nganterin pacar. Pokoknya Cila nggak mau!!" tegas Cila.
Perempuan itu lalu melipat dada dengan bibir mengerucut. Iya, jadi Rezvan sedang tertarik dengan teman Cila, si Tika. Perempuan galak tapi pintar. Walaupun Tika sendiri tidak tahu dan tidak mengenal Rezvan karena baginya tidak ada yang lebih penting dibandingkan pelajaran.
Mereka saat ini berada di pinggir lapangan. Sedang memakan bekal bersama, penyebab sebelumnya adalah Cila. Anak itu ingin berdekatan dengan Rezvan agar menghindari Kakaknya itu menembak seseorang. Walaupun sejujurnya ia rindu masa-masa di mana beristirahat dengan Kakak.
"Yah Cila, kan lagian ceweknya juga temen kamu. Baikkan dia?" tanya Rezvan membuat Cila mengerutkan kening bingung.
Baik tidak yah? Tunggu sebentar Cila sedang berpikir.
"Dia baik sih Bang, cuman dia galak kalo Cila minta jawaban tugas atau ulhar," jelas Cila membuat Rezvan mengembangkan hidung kesal.
"Orang bener mah gitu, kalo dicontekin tugasnya bakal marah."
"Berarti si Prita yang baik itu nggak bener ya Bang. Padahalkan niat dia baik cuman mau bantu Cila dari hukuman Bu Lina," jelas Cila sambil berpikir.
Membuat Rezvan memutar bola mata malas, sungguh rasanya ia seperti sedang berbicara dengan seorang anak SD walau kenyataan sebenarnya memang iya, anak SD yang menyamar menjadi anak SMA. Rezvan tidak paham dengan perkembangan pikiran kedewasaan Cila. Bukannya menghina, hanya saja Rezvan heran dengan sang adik. Apakah pergaulan Cila tidak sekasar Rezvan? Atau memang karena diri Cila sendiri memang tidak mau berkembang? Entahlah ia pusing jika memikirkan tentang Cila, tidak akan pernah selesai.
"Kalo temen kamu itu ngasih berarti dia terpaksa Cila, ya kali orang ngasih kerjaan yang udah susah dikerjain terus ngasih dengan suka rela," jelas Rezvan.
Membuat Cila mengangguk mengerti.
"Lagian nih ya La, Abang pernah baca azab orang yang sering nyontek kerjaannya orang lain," ucap Abang dengan wajah serius.
"Masa sih Bang? Emangnya azabnya apa?" tanya polos Cila.
"Dia bakal diazab nanti kuburannya banyak kertas isi jawaban pelajaran terus nanti nggak ke kubur soalnya mayatnya anyut di kali malang, terus nanti masuk ke dalemnya," jelas Rezvan menakut-nakuti.
Cila langsung menatap ngeri Rezvan dan matanya berkedip-kedip lucu. Menggigit bibir.
"Ih... Cila nggak mau lagi nyontek tugas orang ah, takut meninggalnya diazab," ucap Cila takut.
Membuat Rezvan tertawa pelan lalu mengacak rambut Cila kasar karena gemas. Polos dan bodoh sangat beda tipis sebenarnya.
"Satu lagi La, akan diazab nanti jika seorang adik melarang Kakaknya berpacaran, kuburannya akan dipenuhi dengan hati busuk orang-orang," ucap asal Rezvan.
Plak!!
"Itu sih buatan Abang sendiri! Pokoknya sampai kapan pun Abang nggak boleh pacaran. Cila bakal ngebolehin Abang kalo Cila udah punya pacar!" tegas Cila.
Rezvan sendiri hanya mengelus pipinya yang terkena tamparan pedas Cila. Sudah biasa Adiknya melakukan itu jika sudah benar-benar kesal kepada Rezvan.
"Itu sih namanya curang, masa Abang gak boleh? Kan harusnya yang lebih tua dulu yangㅡ"
"Yaudah kalo nggak mau, nanti marshmellow yang ada di kulkas, Cila buangin! SE-MU-ANYA!! Titik gak pake koma, Cila yang cantik belom ada yang punya," jelas Cila.

KAMU SEDANG MEMBACA
Choose Silence | ✔
Teen Fiction(Slowupdate) Diusahakan update 3× seminggu. Kata-kata kasar is always, jangan ditiru tapi dinikmatin aja. *** "Make this heart believe in you as you carry a handful of sea sand, because of my trust, i only give one to you and take good care of it be...