The chapter is short and typos are excessive.
Untuk hari ini Cila merasa bebannya begitu terasa berat, apalagi saat ini badannya serasa lemas karena begadang semalaman mengerjakan tugas Ppkn yang harus dikerjakan secepatnya karena hari ini tugas tersebut harus dikumpulkan.
Cila juga hampir saja keterusan tidur jika saja Rezvan tak membangunkannya. Cila jadi merasa bersyukur karena Rezvan masih mau membangunkan dia walaupun Rezvan sendiri juga hanya bisa menahan kesal karena adiknya ini belum bangun juga padahal Rezvan sudah siap berangkat. Karena kebiasaan mereka yang akan masing-masing bersiap-siap dan kebiasaan Cila yang sudah siap jika dipanggil.
Cila menghela napas lelah dan mulai menopang kepala dengan tangan di meja yang sudah menjadi tempatnya sejak pertama masuk kelas ini.
Bunyi bel masuk pun berbunyi bersamaan dengan Rion yang masuk ke dalam kelas dan wajahnya yang sedikit berkeringat dan napas yang tak teratur. Kelihatan sekali jika lelaki itu baru saja berlari. Rion terlambat juga?
Ah sudahlah, kenapa juga Cila harus peduli. Rion saja menjauhkannya.
Sampai dua kali tepukan di kepalanya membuat Cila harus mengalihkan fokus kepada Fathah yang baru saja datang lewat pintu kelas bagian belakang. Sepertinya lelaki itu baru saja dari lapangan bola basket. Biasa, bermain basket dengan kelas lain. Terlihat dari wajah yang terdapat beberapa peluh.
"Ngelamun aja lo," ujar Fathah dengan kekehan pelan.
"Ngagetin aja Fathah mah, huh! Oh ya Fathah, boleh nanya, nggak?" tanya Cila yang kini dengan cepat membalikan badan.
"Lo udah nanya Cila~" jawab Fathah dengan memutar bola mata malas.
"Hehehe... iya deh, iya, Fathah, Cila mau minta diajarin main basket, boleh?" tanya Cila dengan mata bulatnya yang menatap Fathah penuh harap.
Tentu Fathah merasa gemas dan mengacak rambut Cila yang membuat gadis itu sendiri menggerutu kesal. Kebiasaan Fathah yang selalu merugikannya.
"Boleh atuh Cila~ Oh ya Cil, makan pas istirahat mau bareng gue sama yang lain 'kan? Sekalian gue ajarin elo deh," ajak Fathah dengan sedikit penawaran.
Membuat Cila mengangguk cepat, walaupun Cila meminta diajari hanya untuk mengisi kekosongannya dalam kegiatan yang sama sekali tidak terisi. Karena kenyataan yang ada, Cila tidak begitu ingin. Tapi setidaknya, mencoba hobi dan mengisi waktu luang, tak apa 'kan? Tak ada ruginya. Daripada Cila harus terus merasa tertekan dengan masalah yang menimpanya untuk beberapa hari ini.
Mungkin saja dengan kegiatan nanti Cila bisa mulai melupakan apa yang membuatnya terus mencari kegiatan yang harus dilakukan untuk meredakan semua kebencian mereka padanya.
Tanpa ia sadari bahwa ada dua orang di kelasnya yang sedang menatap Cila berbeda. Yang satu merasa bersalah, dan yang satu menatap Cila tajam.
-oOo-
Wajah Cila terlihat banyak sekali peluh, kedua tangannya memegang sebuah bola basket. Fathah dan Azwar sendiri memerhatikan bagaimana Cila mencoba berlatih. Dimas dan Helmi ikut bermain dengan masing-masing bola basket yang mereka bawa.
"Ayo Cila!! Lo bisa!! Go Cila, go Cila, go!!" teriak Azwar dengan tawa khasnya.
"Terimakasih fans Cila, yang selalu mendukung Cila. Cila akan masukin bola ini!!" ujar Cila dengan suara tak kalah lantang.
Lalu perempuan itu mulai men-shooting bola basket ke arah ring. Dan...
Tidak masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose Silence | ✔
Teen Fiction(Slowupdate) Diusahakan update 3× seminggu. Kata-kata kasar is always, jangan ditiru tapi dinikmatin aja. *** "Make this heart believe in you as you carry a handful of sea sand, because of my trust, i only give one to you and take good care of it be...