9

29 7 0
                                        

The chapter is short and typos are excessive.

Perempuan itu hanya bisa mengaduk-ngaduk nasi goreng saja tanpa mau memakannya. Mata bulat tersebut  hanya menatap sendu punggung bidang seseorang yang kini sedang tertawa bersama seorang perempuan yang sangat terlihat anggun entah dari cara tertawanya, ucapannya, penampilannya dan juga suara.

Ia sangat iri melihatnya. Cila juga ingin membuat Rion tertawa seperti itu, Cila juga ingin membuat Rion terlihat bahagia. Cila ingin membuat Rion bahagia karenanya, apakah itu salah? Cila merasa ada rasa iri di hati untuk saat ini. Entah kenapa tiba-tiba hati Cila merasa seperti dicubit. Kalian mengerti maksud dari itu? Tapi Cila tidak mengerti.

"Cila... dimakan makanannya," tegur Fathah melihat sedaritadi yang dilakukan Cila hanya mengaduk saja tanpa memasukkannya ke dalam mulut.

"NGGAK USAH SOK PEDULI SAMA CILA!!"

"CILA TAU KALIAN CUMAN PURA-PURA PEDULI AJA!!"

"IIIH CILA CAPE TAU NGGAK SIH?! ARGGH!!"

Ting!!

Cila membanting sendoknya kesal, lalu segera bangkit berjalan cepat keluar dari kantin. Merasa sudah tidak tahan lagi.

Perempuan itu membuat Azwar, Helmi, Fathah dan Dimas terbingung-bingung melihatnya. Rion sendiri yang juga mengetahui sedaritadi Cila memperhatikannya kini malah bingung kenapa Cila seperti itu.

Fathah lalu melihat Rion yang mengejar Cila, Fathah mengernyit bingung lalu tersadar sesuatu. Lelaki itu tersenyum miris.

Rion meninggalkan Agneta yang tak kalah bingung. Rion belum pamit kepadanya padahal.

Nada, Deya dan Safira yang memang duduk tidak jauh dari Fathah, dan  langsung melangkah cepat, duduk di hadapan empat lelaki itu.

"Fat, Cila kenapa? Kok bisa sampe gitu?" tanya khawatir Nada.

Dan menggeser dikit saat Agneta mendekati mereka yang sebelumnya meminta ijin terlebih dahulu.

"Kalo yang tadi gue liat sih ye, tuh anak baik-baik aja tapi pas makanan dateng mulai tuh ngelamun mulu, kayaknya lagi ada masalah deh," yang berucap adalah Azwar.

"Net lo sendiri tadi di toilet sama Cila, kalian ngobrol nggak?" tanya Safira kepada Agneta yang sedaritadi diam.

"Hah? Enggak kok. Kita cuman diem-dieman aja sambil aku yang ngolesin hitam di bagian bawah matanya," jelas Agneta.

Membuat mereka mengangguk mengerti. Lagipula mereka juga berpikir pasti Cila dan Agneta bingung membahas apa jika ingin mengobrol. Cila dan Agneta memang tidak begitu dekat.

Walaupun sebenarnya mereka sungguh dekat karena  hubungannya 'sangat baik.'

-oOo-

Pengejaran Cila terus berlanjut dan kini entahlah bocah itu masih terus berjalan padalah mereka sudah di lantai tiga sekolah, lantai di mana kelas sepuluh berkumpul menjadi satu. Dan lihatlah sekarang, Cila kembali menaiki tangga yang membuat Rion harus bersembunyi dulu agar tak ketahuan oleh Cila.

Sungguh misterius sekali, karena yang ia tahu tak ada apa-apa di lantai empat. Hanya beberapa penyimpanan dan juga ruangan untuk rapat ekskul. Entahlah saat ini Rion hanya bisa bertanya-tanya dalam hati. Baiklah kembali kepada Rion, tadi karena merasa Cila sudah hilang dari tangga akhirnya Rion mulai menaiki tangga menuju lantai empat.

Semoga saja tak ada niat buruk dengan Cila naik ke lantai terakhir sekolah.

Kini kaki panjang Rion menginjak lantai empat yang sunyi. Dan pandangan lelaki itu langsung menangkap Cila yang membuka pintu besi di ujung lorong. Ruangan apa itu? Pikirnya.

Choose Silence | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang