The chapter is short and typos are excessive.
-oOo-
"Sakit...," ringis Agneta saat seseorang dengan cepat mencengkram pergelangan tangannya ketika ia baru saja keluar dari ruang BK.
"Sakitan mana sama orang yang lo siksa?!" bentak Fathah, orang yang tiba-tiba mencengkram pergelangan tangan Agneta dan membawa perempuan itu ke depan lab. Komputer yang jarang dikunjungi murid-murid.
"Fathah!! Kamu juga percaya gitu aja kalo aku pelakunya?!" kesal Agneta membuat Fathah sendiri yang mendengar hal tersebut berdecih dan tak bisa berpikir lagi mengapa bisa ada wanita yang terlihat murahan seperti itu.
"Bangsat... bangsat..., ya gue percayalah!! Karena gue yang vidioin semuanya!!" bentak Fathah membuat Agneta sendiri terdiam dan membeku.
"Kamu... kamu... kenapa ngelakuin itu ke aku? Kamu salah paham Fathah, itu cuman candaan doang." Agneta mencoba meyakinkan lelaki di hadapannya ini.
"Hahahahahahaha...., anjay, anjay, gue ngakak sama drama lo bangsat!" Fathah langsung menatap tajam Agneta setelah merasa tawanya berlebihan.
"Lo kira gue percaya gitu aja heh, sama ucapan sok manis lo itu? Huak cuh!! Aku-kamu-an apaan sih jijik banget gue anjir, gak usah sok manis di depan gue. Gue udah tau kedok lo bangsat," jelas Fathah merasa kesal sendiri dengan kelakuan Agneta yang sangat menjijikan, benar-benar seperti perempuan murahan yang sedang memohon untuk meminta alkohol kepadanya.
"Pasti kamu terpengaruh deh sama Cila, bener-bener deh Cila tuh nggak di aku, nggak di kamu selalu bisa nipu orang! Padahal aku udah baik sama dia, cape ngadepin orang yang dikasih ginjal malah nambah pengen hati!!" kesal Agneta.
Tanpa tahu bahwa Fathah sudah benar-benar muak di hadapannya. Sudah bosan dengan usaha Agneta yang baginya menyia-nyiakan waktu tidur siang Fathah. Mengingat jam segini Fathah pasti sudah berada di UKS untuk mengistirahatkan matanya. Sambil menguap Fathah menyenderkan tubuhnya pada dinding lab. Komputer.
"Udah? Gue ngantuk banget njir."
Agneta mengernyitkan keningnya heran sekaligus kesal.
"Bangsat ya lo!! Lo maunya apa?!" teriak Agneta sudah tidak bisa menahan kesal yang sedaritadi ia pendam.
"Nah... hahaha... udahlah gak usah nge-fake di depan gue. Gak ngaruh apa-apa." Fathah terkekeh saat Agneta sudah menunjukkan sifat aslinya yang selama ini ditutupi dengan sangat rekat.
"Sekali lagi gue tanya, lo maunya apa anjing!!" Agneta merasa tak perlu lagi ia tutup-tutupi semua kebohongannya dengan besi karena besinya sendiri pun sudah retak dan orang telah melihat semua bangkai yang ia sembunyikan.
"Lo tanya begitu nggak salah? Tentu gue pengen lo keluar dari sekolah tanpa ngebuat Cila ngerasa bersalah karena rahasia kelakuan bejat lo ke dia udah kebongkar," ucapan Fathah begitu terdengar dingin dan dalam.
"Lo sendiri juga penipu Fathah!! Lo kira gue nggak tau apa kelakuan lo ke dia itu karena perasaan cinta yang bener-bener bikin gue mual!! Kalo lo mau gue ngelakuin apa yang lo minta gue bakal setuju, asalkan lo!! Nyatain perasaan busuk itu sesudah gue minta keluar, gimana?" tawaran yang membuat Fathah sendiri bimbang, tentu tak mudah menyatakan perasaan di saat masalah tengah menghampiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose Silence | ✔
Ficção Adolescente(Slowupdate) Diusahakan update 3× seminggu. Kata-kata kasar is always, jangan ditiru tapi dinikmatin aja. *** "Make this heart believe in you as you carry a handful of sea sand, because of my trust, i only give one to you and take good care of it be...