28

33 6 0
                                        

The chapter is short and typos are excessive.

-oOo-

"Agneta!! Lo dipanggil Bu Dinta di suruh ke ruang BK noh!!" teriak Revi yang sebelumnya sedang asik menulis tugas dari Aldo.

"Eh iya Rev makasih ya," jawab Agneta dengan senyum manisnya yang tentu saja bagi Rion itu benar-benar memuakkan.

Rion bisa melihat bagaimana Agneta menatap tajam Cila dan tersenyum manis saat Agneta sekilas melihat Rion sedang memperhatikannya,  Rion baru menyadari semua keanehan ini. Keganjilan yang selalu ia rasakan jika sedang berhadapan dengan Agneta dan Cila sekaligus. Berbeda dengan Agneta yang merasa senang, Cila sendiri selalu memiliki gelagat tak percaya diri dan sebagainya.

Dan juga... ia baru mengingat kembali bagaimana Cila benar-benar menolak mentah-mentah ke toilet jika Agneta yang mengajaknya. Betapa menyesalnya Rion saat mengingat malah dialah yang sering membuat Agneta berhasil membuat Cila kesakitan. Saat ini rambut Cila yang biasanya dibiarkan tergerai kini dibiarkan terikat. Tentu saja agar tak ada yang melihat bahwa rambutnya ini memiliki potongan yang tak beraturan.

Sekali lagi ia baru mengingat kembali kelas sepuluh bagaimana tiba-tiba Cila datang dengan rambut pendek mengingat kemarinnya rambut Cila masih panjang. Pikirannya saat ini menduga-duga mungkin bisa saja Chika melakukan hal yang sama seperti apa yang Agneta lakukan, memotong rambut Cila. Dulu Cila memang sempat panjang. Tak menutup kemungkinan Chika melakukan hal yang sama, mengingat Cila pernah berkata bahwa kejadian kemarin tak ganya sekali.

Rion benar-benar merasa menjadi sahabat yang tak berguna.

"Woy liat deh ig sekolah! Ada fotonua Cila njir, hahaha... jelek banget bangsat udah kayak orang gila yang mangkal di lampu merah!" teriakan Yudha membuat siapa saja yang mendengarnya penasaran.

Foto apa sampai membuat lelaki gamers itu tertawa terbahak-bahak.

Cila sendiri terdiam dan menjatuhkan kepalanya di atas meja dengan pelan. Tak berani mendengar dan melihat reaksi yang lain mengenai wajahnya.

Rion sendiri mengernyitkan kening bingung.

"Hahaha... sialan! Lo abis ngegembel?!" ujar Tiara dengan tawa lepas yang semakin membuat Cila ingin menangis.

Rion sendiri kini membuka ponselnya setelah ia ambil dari kantung celana. Membuka aplikasi instgram sekolah. Untuk melihat apa yang mereka maksud.

Baru saja ia melihat gambar tersebut, seseorang tiba-tiba saja membuka pintu kelas dengan kencang tak lupa dengan amarah yang begitu terlihat jelas.

"AGNETA DI MANA ANJING?!" Fathah datang dengan wajah memerah.

Meja ia pukul, dan kursi pun ia tendang. Sudah terlihat sekali ia muak dengan seseorang di balik ini semua.

"Selaww... Fat, lo kenapa dateng-dateng ngamuk begini?" tanya Helmi sembari merangkul Fathah. Tentu ia tahu sekalinya Fathah marah, entah kursi, meja maupun papan tulis pun akan hancur.

Apalagi saat ini yang membuat Helmi makin khawatir adalah yang membuat masalahnya seorang perempuan yang dikenal baik dan pendiam. Pasti aneh jika nanti Fathah membanting benda-benda atau marah-marah sampai otot keluar pun jika yang ia lawan saja hanya diam dan bingung harus melakukan apa dan merasa tidak tahu kesalahannya.

Choose Silence | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang