34

30 4 0
                                    

The chapter is short and types are excessive.

-oOo-

Aroma obat-obatan begitu tercium menyengat dari indra penciumannya. Rasa ngilu tiba-tiba begitu terasa di perutnya entah kenapa. Matanya pun begitu terasa berat untuk dibuka, tapi perlahan pasti ia membuka matanya. Sinar lampu dari ruangan entah apa begitu terlihat menyilaukan dirinya.

Kini rasa sakit semakin bertambah di kepala saat ia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Begitu terasa pening, apalagi perutnya pun tiba-tiba terasa ngilu entah kenapa. Ia juga merasakan sebuah... kain? Mengikat bagian punggung tangannya. Cila kurang mengetahui apa yang terjadiㅡ lebih kepada lupa.

"Cil," panggil seseorang yang kini baru menyadari bahwa temannya itu sudah siuman.

Cila mengernyit bingung, "Fathah? Cila... lagi dimana?"

Yap, lelaki yang kini menghampirinya dan tersenyum saat mendengar pertanyaan yang Cila lontarkan. Tentu ia begitu merasa bingung dengan ruangan berbau obat-obatan yang begitu menyengat.

"Lo lagi di rumah sakit La, gue seneng banget akhirnya lo bisa siuman," ujar Fathah dengan senyumannya.

Mata cokelat lelaki itu terlihat berbinar bahagia, tapi sepertinya harus kembali redup saat gadis yang kini masih berbaring menyebutkan nama seseorang yang sedang tak ada di sekitar mereka atau... memang sudah tak akan lagi bertemu mereka lagi.

"Fathah... Rion... mana?" tanya Cila saat menyadari hanya ada mereka di kamar inapnya ini.

Senyuman yang semula bersinar layaknya bunga matahari kini hanya bisa menatap ke arah lain, tak ingin melihat mata Cila yang menatapnya penuh tanya dan rasa penasaran yang begitu besar.

"Mending... lo... makan bubur aja nih La, tuh tadi suster nitipin gue bubur sama air minum, gue bosen banget gila dua hari nunggu lo terus makanan bubur itu disuruh Mamah lo buat gue yang makan," jelas Fathah tentu mengalihkan topik sembari mengambil semangkuk bubur putih dan air putih hangat.

"Fathah... kenapa...? Rion... mana?" tanya lagi Cila tak peduli dengan apa yang sedang Fathah lakukan.

"Cila udah berapa lama di sini?" tanya Cila untuk kesian kalinya, banyak sekali pertanyaan di kepalanya saat ini.

"Lo udah tiga hari di sini La, temen-temen kelas juga sempet khawatir pas tau lo ternyata ya... gitu, oh ya mereka bakal ke sini sekitar jam, harusnya mereka udah sampe...,

"oh... itu mereka!" ujar Fathah begitu antusias saat segerombolan orang dengan pakaian sekolahnya masuk tak lupa salam juga mereka keluarkan.

"Halo Cila...!"

"Ya ampun Lalakooh!!"

"Aduuh... adik tersayang!!"

"Bebeh gue nih kenapa bisa begini?!"

"Gue kangen banget neeeh!!" teriakan Azwar dan juga Dimas berbarengan kini meramaikan suasana yang semula begitu terdengar sunyi.

Keduanya sama-sama berlari kecil dengan tangan mereka yang siap memeluk Cila.

"SSST!! Berisik bego! Kalo ketauan suster gimana?! Kita nggak bakal dibolehin masuk lagi tau!!" kesal Nada yang ikut mendekat.

Azwar dan Dimas langsung menampar pelan mulut mereka dan berjalan ke arah Cila dan memeluk gadis itu yang sudah mereka anggap sebagai adik mereka sendiri.

"Duh... Cila, kangen banget gue," ujar Azwar yang kini memeluk Cila yang masih berbaring.

Sama dengan apa yang dilakukan Azwar, Dimas pun memeluk tubuh lemas Cila, "gak ada lo kelas jadi sepi neh."

Choose Silence | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang