32

22 5 0
                                    

The chapter is short and types are excessive.

-oOo-

Saat ini kelas XI IPA 5 sedang diributkan dengan pembagian kelompok Ppkn mengenai wawancara dengan tema Hak Asasi Manusia. Entah ada yang kesal karena mendapatkan teman yang tak disukai atau karena mereka yang senang mendapatkan teman yang benar-benar sesuai dengan apa yang mereka mau.

Cila sendiri mendapatkan teman dengan anggota tiga laki-laki dan satu perempuan, yaitu si kembar, Aldo, dan Sefira. Mereka sudah berkumpul di tempat duduk Sefira yang jauh dari kehebohan murid-murid lain.

"Jadi yang buat laporan sapa neh?" tanya Aldo tentu dengan matanya yang masih fokus menonton gamers di youtube.

"Terserah bae gue mah. Gue sih tinggal nunggu perintah aja, tapi kalo kerja kelompoknya besok gue nggak bisa, gue ada ekskul basket," jelas Dino membuat Sefira yang tadi sedang sibuk menulis materi di papan tulis langsung mendongak dengan salah satu alisnya terangkat, bingung.

"Lo ekskul basket? Sejak kapan? Perasaan di kelas ini cuman Fathah doang yang ikut ekskul basket," jelas Sefira mengungkap keheranannya.

"Hehe... baru-baru ini kok gue ikutnya, soalnya gue dimarahin bokap waktu itu gara-gara kegiatan gue cuman nongkrong sama maen game dong," jawab Dino.

"Den, lo kagak ikut juga?" tanya Sefira mengingat mereka itu seperti sebuah sepatu dan talinya, sangat tidak bisa dipisahkan.

"Sori, sori, nih ya... walopun gue sama dia kembar tapi gue nggak semales dia hahaha...," ujar Deno dengan wajah tengilnya yang memang sangat menyebalkan.

"Ekskul cuman fotografer aja bangga, cuman moto-moto nggak jelas anjir!" ujar Dino tidak mau kalah.

"Heh! Lo nggak tau aja moto-moto gitu tuh ada seninya sama ada rumusnya!" tentu Deno merasa diremehkan.

Dan Cila sendiri yang mendengarnya merasa terganggu, bukannya membahas kelompok malah berdebat tidak jelas.

"Kalian kok jadi berantem sih! Buruan ih ini gimana, Cila pengen pulang tau. Atau Cila pulang duluan aja nih?!" bentak Cila tidak sabar.

Cila sedang tidak ada niat melakukan apapun selain tidur. Mengingat ia sedang datang bulan dan rasanya badan begitu remuk. Hanya sebuah kasur yang ia butuhkan saat ini. Ia benci melakukan apapun jika sebuah halangan menimpanya.

"Jangan La, jangan!" ujar Sefira panik.

Karena walaupun Cila tidak terlalu pintar tapi ia adalah satu-satunya perempuan selain dirinya di sini dan dapat diandalkan dalam segala hal. Walaupun tahu jika disuruh menjawab soal Cila akan langsung mencari ke aplikasi pencarian. Benar-benar simple dan tak perlu banyak mengeluarkan waktu untuk berpikir.

"Udah ah kalian gaje banget sih anjir! Buruan, sini gue bagi. Nih Aldo yang buat laporan, kalo elo Laㅡ elo nulis jawaban-jawaban orang yang diwawancara, Dino yang megang hape buat ngerekam suara, terus Deno yang ngevidio orang yang ngejawabnya, dan gue yang ngedit vidionya," jelas Sefira benar-benar adil.

"Terus... kapan wawancaranya?" tanya Aldo bingung.

"Pulang sekolah, kita tanya tiga orang aja, gue udah ada sasaran siapa yang bakal ditanyain," jelas Sefira untuk menjawab pertanyaan Aldo.

-oOo-

"Cut!"

Mereka menghela napas lega setelah Deno memencet tombol di layar ponsel yang menandakan mereka sudah benar-benar menyelesaikan tugas kelompok. Tukang becak lalu tersenyum dan menjawab 'sama-sama' saat Cila mengatakan terimakasih sambil memberikan sekotak makanan.

Choose Silence | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang