10

27 6 2
                                    

The chapter is short and typos are excessive.

Perempuan yang berciri-ciri pipi bulat yang khas kini sedang menyibukkan diri dengan buku-buku yang ia bawa. Hari Jumat adalah hari di mana kebiasaan perempuan itu membawa beberapa buku yang sempat ia letakkan di loker.

Kelas pun sekarang sedang sepi. Sangat, sangat, sepi. Wajar saja karena jam baru menunjukkan pukul enam lewat lima belas. Kebiasaannya setiap hari Jumat, yaitu berangkat pagi untuk merapihkan dan membawa buku-buku yang tersimpan di loker ke rumah.

"Assalamualaikum," salam salah satu temannya, si Reghina.

Tapi entah tatapan Reghina seperti tidak bersahabat kepadanya. Tepat menatap Cila sinis. Cila tidak tahu dan tidak mengerti. Dengan tidak peduli, pemilik pipi bulat itu berjalan menuju mejanya untuk memasukkan beberapa buku ke dalam tote bag.

Buku yang ia simpan di loker biasanya adalah buku yang berisi tugas untuk minggu depan. Dan biasanya Cila akan mengerjakan saat hari libur. Hal itu dilakukan kadang untuk memberitahu kepada keluarga bahwa ia rajin, walaupun yang melihat pun hanya Rezvan saja. Karena kalian tahu sendiri, Bunda dan Ayah di mana?

Baiklah abaikan masalah tersebut, kini pintu kelas kembali terbuka. Tiara teman satu geng Reghina-lah yang datang, seperti hal yang dilakukan Reghina, Tiara juga menatap tak suka Cila yang hanya bingung. Iya bingung, mengapa mereka bisa menatap seperti itu kepadanya dengan waktu yang singkat dan tanpa sebab yang pasti.

Cila hanya bisa diam saja tanpa mau bertanya, karena merasa ia tak mengerti apa yang salah dan apa yang harus diperbaiki karena dirinya tidak tahu.

Cila hanya melihat Tiara dan Reghina seperti sangat tak mau mendekati dia  lebih anehnya lagi mereka memilih keluar. Karena yang Cila tahu Reghina dan Tiara sangat tak menyukai duduk di luar kelas karena merasa panas walaupun masih pagi. Masalahnya mereka selalu dan lebih suka kelas yang dingin oleh pendingin ruangan daripada sejuknya udara pagi.

Huh... sudahlah Cila tak perduli lagi dengan sikap mereka. Cila tak akan merasa tersiksa kok jika mereka tak memperdulikkannya.

**

Semua murid XI IPA 5 baru saja menghela napas lega secara bersamaan saat Pak Hendra sang guru Sejarah Indonesia keluar dari kelas. Memang selalu terasa tegang sekali jika Pak Hendra yang mengajar. Karena sebabnya adalah jika kita mengucapkan satu kata pun telinga tajam guru tersebut akan langsung mendengar dan hukuman untuk murid itu sendiri adalah pertanyaan dari materi yang sudah diberikan.

Cila pun begitu, tapi kegiatannya saat ini adalah membereskan buku Sejarah Indonesia dan memasukkannya ke dalam tas. Hanya agar meja lebih terlihat rapih.

Sungguh rasanya sekarang Cila seperti berada di dunia yang berbeda dengan teman-teman kelas untuk saat ini. Beberapa dari mereka terlihat menatapnya tak suka. Contohnya Prita dan Reva, mereka berdua juga pun seperti sangat tak menyukainya. Jadi orang yang hari ini menatap tak suka adalah Reghina, Tiara, Prita, Reva, Aldo dan Yudha. Sedangkan Rion memiliki masalah yang berbeda lagi.

Apalagi Yudha dan Aldo, pokoknya lima orang itu sangat menghindar sekali. Hanya satu orang yang Cila tahu penyebab mengapa orang itu menjauhi Cila. Rion. Tentunya lelaki itu punya penyebab menghindari Cila  karena kejadian kemarin. Oke, mungkin Rion tak menatap tidak suka Cila, tapi mampu membuat Cila merasa bahwa ia sedang tidak disukai. Mengerti maksudnya, bukan?

Sungguh sifat Cila yang paling penting harus kalian ketahui adalah gengsi meminta maaf. Itulah yang sangat penting. Bersahabatan dengan Rion pun Cila tak pernah meminta maaf kepada lelaki itu dan berakhir mereka kembali akur dengan sendirinya. Karena dari mereka sendiri pun sama-sama gengsi untuk meminta maaf.
"Ra, yuk ke sana?" ajak Reghina seraya menunjuk bangku kosong yang berada di dekat bangku yang Cila duduki saat ini.

Choose Silence | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang