The chapter is short and typos are excessive.
Suara garpu dan sendoklah yang kini menjadi pengisi suara di ruang makan rumah besar tersebut. Rumah besar yang hanya dihuni oleh dua manusia yang bersaudara kandung dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
"Abang." Panggil Cila setelah meneguk minumannya dan sudah menghabiskan makanan yang perempuan itu buat.
Yah... hanya sup ayam dan tempe goreng saja. Karena cuman itu yang Cila bisa, itu pun sudah sangat bersyukur karena rasanya yang pas tidak asin berlebihan dan tidak manis berlebihan.
"Abang kangen nggak sama Ayah?" pertanyaan Cila yang terlontar pertama kalinya.
Rezvan menghela napas lelah. Lalu mengangguk.
"Bunda?" tanya lagi Cila, Rezvan mengangguk.
"Kapan yah mereka pulang ke rumah? Aku kangen sama mereka Bang," ucap Adcila membuat Rezvan membulatkan matanya bingung.
'Aku?' Tidak ada sejarahnya Cila ini mengucapkan kata 'aku' dari kecil. Ini baru pertama kali terjadi.
"Kamu aja kangen, gimana Abang coba," jawab Rezvan lalu menyilangkan garpu dan sendok dengan posisi terbalik.
"Gimana kalo kita nyusul mereka ke Spanyol aja Bang? Sekalian jalan-jalan sama liburan kan enak?" ajak Cila tiba-tiba.
Entahlah adiknya yang satu ini sedang kemasukkan apa.
"Atau tinggal disana aja? Pindah sekolah?" pertanyaan yang sungguh membingunkan bagi Rezvan yang mendengarnya.
"Terus gimana sama sekolah? Si Rion kamu tinggal sendiri di sini?" tanya Rezvan meyakini Cila.
Gadis ini sangat aneh sekali. Padahal biasanya anak itulah yang malah memberinya semangat bahwa Ayah dan Bunda akan segera pulang atau sekedar memberi tahu bahwa mereka pergi pun karena sayang kepada mereka. Tapi lihat? Anak ini malah mengajaknya menyusul dan lebih parahnya tinggal di sana?
"Biarin aja sekolah di sana juga kan ada, lebih bagus lagi. Kalo soal Rion..., dia kan udah gede dan apa yang dibutuhin dari Cila? Dia malah sering nyuruh Cila buat pergi, ngusir-ngusir Cila? Dia kan emang mau Cila pergi, malah kadang nyumpahin Cila buat mati, walaupun nadanya cuman bercanda?"
Rezvan membulatkan mata terkejut. Kenapa perempuan ini berucap begitu? Apakah itu yang bocah itu rasakan, dan memilih memendamnya? Jadi apakah dari sikap bocah Cila, ternyata perempuan itu juga bisa merasakan tidak diinginkan? Itulah yang Rezvan pikirkan pada saat ini. Merasakan perbedaan perilaku Cila.
"Cila kenapa? Ada yang jahat sama Cila?" tanya Rezvan merasa khawatir dengan perbedaan suasana hati Cila.
"Ahㅡem... nggak kok, cuman kangen aja sama Bunda dan Ayah," ucap Cila memberikan alasannya kenapa perempuan ini berbicara aneh.
"Oh... Abang kira ada apa, kan bisa telfon mereka. Cila kangen banget ya? Ya udah yuk telpon mereka aja sekarang? Mereka juga pasti kangen sama kita," jelas Rezvan.
Ia tahu perasaan Adcila saat ini, gadis itu pasti ingin juga didampingi orang tua atau sekedar dekat dengan mereka di saat masa-masa sekolah yang katanya sangat indah ini.
"Nggak usah Abang, Adcila cuman curhat aja ke Abang. Maap ya Cila ngomongnya ngaco, ya udah Cila mau nyuci piring dulu terus belajar, duluan ya Bang...,"
Adcila lalu bangkit dari duduk dan berjalan menuju dapur dengan membawa piring-piring kotor bekas mereka.
Tak memperdulikan Rezvan yang malah curiga dengan perilaku dirinya yang sungguh aneh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Choose Silence | ✔
أدب المراهقين(Slowupdate) Diusahakan update 3× seminggu. Kata-kata kasar is always, jangan ditiru tapi dinikmatin aja. *** "Make this heart believe in you as you carry a handful of sea sand, because of my trust, i only give one to you and take good care of it be...