35

31 4 0
                                    

The chapter is short and types are excessive. -ngomong-ngomong ini part terakhir sebelum epilog-

-oOo-

"Assalamualaikum," salam seseorang bersamaan dengan suara pintu yang berbunyi terbuka.

Gadis yang kini tengah berbaring lemah sedang terfokus kepada televisi di depannya yang kini tertempel di dinding, tak memedulikan orang yang kini masuk ke dalam kamar inapnya.

"Cila," panggil orang itu.

"Iya?" tanya Cila dengan mata masih terfokus dengan televisi yang menayangkan makanan kuliner, ini caranya agar kenyang tanpa makan.

"Gue Fathah," ujar orang itu yang kini datang dengan sebuket bunga cantik yang ia beli sebelum datang kemari.

"Ini buat lo..."

"Gue minta maaf kalo kemaren gue kasar banget sama lo." Fathah meletakkan bunga itu di perut Cila yang semakin hari rasa sakit itu hilang dengan cepat.

Cila yang semula fokus dengan televisi kini melihat bunga cantik yang sudah ada di perutnya. Perempuan itu mengambilnya dan mencium bau wangi yang begitu harum.

"Makasih Fathah sama... maaf," ujar Cila yang memeluk bunga yang sebwlumnya hanya ia pegang.

"Maaf?" bingung Fathah.

"Iya maaf, kemaren Cila terlalu maksain Fathah buat jawab." Cila mengisyaratkan Fathah untuk duduk di dekat bankarnya.

"Udah dua hari Rion nggak dateng, Cila... sebenernya kangen karena Rion nggak sekali pun dateng buat jenguk Cila, tapi... mungkin Rion lagi sibuk sama tugas, iya kan Fathah?" tanya Cila dengan kedua matanya yang kini berkaca-kaca.

Fathah tak bisa menjawab apa-apa selain mengangguk ragu.

"Cila udah makan?" tanya Fathah mengingat sekarang sudah menjelang sore.

Tiga hari yang lalu memang Fathah sengaja tak berangkat sekolah hanya untuk menjaga Cila yang waktu itu belum juga siuman, sebenarnya hari ini pun ia ingin menjaga Cila dari pagi sampai pagi lagi, tapi ia juga tak boleh terus-terusan bolos. Bisa-bisa Mamah dan Papah memarahinya atau mungkin orangtuanya itu akan dipanggil BK karena bolos berturut-turut.

"Gue... juga nggak bisa jawab pertanyaan lo La," jawab Fathah yang kini menunduk serba salah.

"Dan... mungkin setelah lo masuk lagi ke sekolah, pertanyaan lo itu bakal kejawab entah dari temen atau karena logika lo sendiri," jelas Fathah yang kini mendongak dan tersenyum tulus, ia tahu bagaimana sedih dan kecewanya perempuan di depannya ini saat mengetahui sahabatnya tak sekali pun menjenguknya.

-oOo-

Saat ini gadis dengan rambut selehernya itu tengah menelungkupkan wajahnya di meja. Tak memperdulikan guru Sejarah Indonesianya yang tengah menerangkan materi Politik Etis. Biasanya memang Cila sangat antusias dengan pelajaran yang satu ini.

Tapi entah kenapa hanya untuk pertemuan kali ini ia benar-benar malas mendengarkan apalagi mencatat materi yang sudah dituliskan gurunya itu.

Sampai bunyi pulang berbunyi mengakhiri Pak Joko untuk menerangkan. Pria yang masih terlihat tampat itu dengan segera merapihkan peralatan mengajarnya dan menyuruh sang ketua kelas untuk menyiapkan doa sebelum pulang.

Choose Silence | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang