27

26 5 0
                                        

The chapter is short and typos are excessive.

"Agneta..."

Brukk

Entah sudah ke berapa kali perempuan di depannya ini mendorongnya dan memberikannya semua kalimat yang menjelek-jelekan fisik atau mungkin sikapnya yang dianggap negatif oleh Agneta.

"Gue... iri sama lo!! Puaskan lo?!"

Dugg

Lalu tendangan yang tentu membuat kakinya terasa kaku dan benar-benar ingin putus. Entah apa yang ia miliki sampai Agneta melakukan ini kepadanya. Sampai saat ini saja Cila tak tahu apa yang harus ia banggakan dari dirinya.

"Cih!! GUE KADANG MIKIR KENAPA BISA COWOK-COWOK PADA NEMPEL SAMA LO, NGGAK ADA YANG BISA LO BANGGAIN SELAIN MUKA SOK IMUT LO ITU?! Oh iya... baru inget lo kan pel*acur berwajah munafik!"

"Gue selalu muak ngeliat wajah sok sedih yang selalu lo tunjukin ke golongan cewek kalo mereka nyindir lo, atau mungkin ngejauhin, segala jatuh-jatuhan segala ke lantai! BANGSAT JIJIK BANGET!!"

Plak

Brukk

Entah tenaga Agneta yang kuat atau memang Cila sudah lemas, Agneta kini membuat Cila terjatuh dengan posisi duduk.

"Muka lo nggak perlu dimelas-melasin di depan gue jal*ng!! Gue nggak bakal bisa lo tipu!! Bangun lo!!" kini Agneta menarik pergelangan tangan, memaksa Cila untuk bangun dari duduknya.

Cila sendiri meringis kesakitan saat Agneta menarik pergelangan tangan yang masih sakit akibat sebelumnya Agneta menarik lengannya sangat kencang dari saat ingin ke sini.

"Sakit Agneta..."

Agneta mendengus kesal lalu melepas kaitan tasnya yang sebelah kanan untuk mengambil sesuatu dari tas tersebut. Gunting, air berwarna hitam yang ia simpan di botol, dan... lipstik. Entah apa yang ingin dilakukan Agneta nanti.

Dan hal tersebut membuat perdebatan dari dua laki-laki yang diam-diam memperhatikan mereka.

Agneta mulai melempar tas yang sempat ia pakai, mulai berjongkok. Menyamakan wajah Cila.

"Gue harap yang gue lakuin ini bikin lo sadar kalo lo nggak pantas deket-deket cowok apalagi ngaku-ngaku kalo lo sahabatan dari  kecil sama Rion. Apalagi dari dulu aja keliatan banget kalo selama kalian sahabatan itu Rion nggak pernah nunjukin kalo dia nyaman di sebelah lo."

Setelah mengatakan banyak kata Agneta meraih wajah Cila dan mengapit pipi kanan dan pipi kiri Cila dengan satu tangannya sedangkan tangan yang lain dengan asal mulai menggambar di wajah Cila dengan lipstick yang tadi ia ambil dari tas.

"Lo lebih pantes jadi gembel daripada sok imut dan sok genit!!"

"Agnweta!! Agnweta apawin Cilwa?!" ujar Cila dengan tangan yang mulai mencoba melepaskan tangan Agneta dari wajahnya.

"Berisik jal*ng!!" bentak Agneta.

Tentu bentakannya tak membuat Cila diam saja, ia mulai berani melawan karena yang Agneta lakukan sudah keterlaluan. Ia tidak suka. Tidak apa jika Agneta memukulnya atau menghujatnya dengan perkataan kasar.

"GUE BILANG NGGAK USAH BANYAK GERAK!! MAU TANGAN LO GUE POTONG?!" teriak Agneta membuat Cila mulai diam.

Merasa takut dan benar-benar bingung harus bagaimana. Mungkin Cila diam tapi matanya terus mengeluarkan air mata dengan isakan yang begitu memilukan, siapa saja yang mendengarnya pun benar-benar tak tega.

"Agneta... hks... kenapa sih Agneta harus giniin Cila? Salah Cila apa... hks...?" tanyanya.

Mungkin orang lain yang melihat wajah itu akan langsung meminta maaf atau mungkin merasa bersalah, tapi berbeda dengan Agneta sendiri yang malah semakin jengkel. Ia benar-benar benci dengan wajah yang sekarang sudah kacau itu.

Choose Silence | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang