22

24 6 0
                                    

The chapter is short and typos are excessive.

"Jadi... bisa dibuktiin kan siapa yang udah ambil uang kas hari ini? Cila...?"

Cila sendiri hanya bisa menangis dengan Nada yang mulai menyudutinya dan tak membiarkan ia menjelaskan. Kalian percaya jika Cila mencurinya?

Cila tak seberani itu.

Dengan terisak Cila mendongak, memperlihatkan wajahnya yang kacau dan berantakan karena menangis. Wajah yang memerah.

"Cil... Cila... nggak ngambil Nada, itu bukan uang kas, itu uangㅡ"

"Uang curiankan maksud lo?" potong Deya.

Deya kini mendekat dan mulai mendorong-dorongkan tubuh Cila dengan telunjuknya yang berada di bahu gadis lemah yang menangis itu. Rion sendiri tertegun, ingin membantu tapi ia tak tahu kejadian yang sebenarnya. Walau ia juga tahu bahwa tak mungkin Cila mengambilnya. Untuk apa memang? Kebiasaan Cila yang disukai gadis itu saja hanya menonton film Barbie dan tidur.

"ITU BUKAN UANG KAS DEYA!! ITU UANG BULANAN CILA YANG BARU DIKASIH SAMA ABANG!!" teriak Cila yang semakin mengeraskan tangisannya.

Ia sudah lelah selalu disalahkan. Kenapa semua orang terus saja memojokinya? Kenapa mereka selalu melihat dari sisi mereka saja? Kenapa mereka tak tanya dulu uang apa yang Cila bawa?

Apa karena Cila berada di kelas selama dua puluh menit, sampai-sampai mereka berpikiran bahwa ia yang mengambilnya? Begitu? Jika begitu mereka benar-benar berpikiran sempit.

"Lo kira kita percaya?! Lo pikir kita nggak mikir kalo uang bulanan sebanyak itu cuma lo pake buat jajan doang?!" bentak lagi Deya.

Cila menghela napas merasa napasnya sesak karena terlalu banyak menangis. Ia tak suka berada di posisi ini. Cila tak suka mereka tak mengerti Cila. Cila tidak suka mereka tak pernah mendengarkan penjelasannya. Cila benar-benar benci dengan mereka yang selalu berpikiran negatif tentangnya.

Sampai mata hitam gadis itu bertemu dengan tatapan dalam seorang laki-laki yang ia kenal begitu dekat. Rion. Tatapannya yang meminta tolong malah membuat lelaki itu memutuskan pertemuan tatapan itu. Membuang muka dan menghindari dirinya yang mencoba meminta bantuan.

"Deya..."

Bukan Cila yang memanggilnya. Agneta perempuan yang banyak disukai oleh teman-temannya karena sifat yang pendiam dan baik hati. Membuat siapa saja nyaman dekat dengannya.

"Mungkin dia... punya alesan ngelakuin ini semua. Kita kan nggak tau uang yang dia ambil buat apa? Sekali aja berpikir positif, aku tau Cila nggak kayak gitu. Dia perempuan yang baik, pasti ada alesan kenapa dia ambil uangnya, coba kita kasih dia kesempatan buat dia ngomong," jelas Agneta dengan pikirannya yang bagi mereka sangat bijak dan menghadapi masalah apapun dengan dewasa.

"Cila nggak ambil uangnya! Kalian kenapa sih nggak percaya sama Cila? Cila nggak pernah boong...," isak lagi Cila merasa mereka semua sama saja.

Rion sendiri saja sebagai sahabat tidak peduli dengan apa yang ia alami saat ini. Cila jadi ragu apa Rion masih menganggapnya sahabat atau tidak. Mengingat perilaku lelaki itu terhadapnya tidak pernah bersahabat. Setidaknya jika memang Cila memiliki kesalahan bisa dilupakan sebentar karena Cila sendiri sedang merasa tak nyaman.

Agneta menghela napas kasar.

"Lo liat sendiri kan Ta? Dia aja masih nggak mau ngaku, gimana kita nggak gemes?!" bentak Nada kesal.

"Gini aja, gimana kalo kita ke tempat ruang CCTV setiap kelas aja? Di sana mungkin kita bisa tau siapa pelakunya," ujar lagi Agneta memberi saran tentu dengan suara yang terdengar tenang dan membuat siapa yang mendengarnya merasa nyaman dan damai.

Choose Silence | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang