5

49 8 0
                                        

The chapter is short and typos are excessive.

Wajah Cila kini sudah bersih, pipi yang tadinya terlihat tirus kini kembali tembam menggemaskan. Cila kini sedang mencatat jawaban dari pertanyaan Bu Lina dan seperti biasanya Tika-lah yang menjawab  dengan tepat dan lebih dulu. Cila hanya menulisnya saja.

Tapi baru saja ia menyelesaikan catatan, Helmi memanggilnya dengan berbisik karena melihat Bu Lina sedang menerangkan.

"Itu di sebelah kiri lo," bisik Helmi membuat Cila menoleh ke sebelah kiri di mana ada Azwar yang sedang tertidur dengan mulut menganga, terlihat begitu pulas. Dan juga air liur yang keluar dari mulutnya.

Adcila hanya menatap Azwar jijik lalu menatap tanya Helmi yang duduk di sebelah kanannya. Pasti teman Cila yang satu ini memiliki rencana untuk menjahili Azwar.

"Nanti lo lempar ini ke tuh bocah, buruan...!!" ucap Helmi masih dengan membisik namun terdengar memaksa dengan suara tertahan.

Cila mengambil potongan penghapus yang berukuran sedang dan mulai mem-fokuskan matanya ke wajah Azwar, mata Cila menyipit melihat arah yang akan dilempar.

Duk

"Bangsat!!" teriak Azwar terkejut.

Membuat Bu Lina yang sedang mengajar langsung berbalik dan berkacak pinggang menatap Azwar yang kini melotot bingung dengan wajah baru bangun tidurnya. Dan saat itu juga kelas berubah riuh dan menertawakan kelakuan Azwar.

Helmi ikut melempar penghapus ke arah Azwar lagi dan tertawa melihat lelaki yang Cila lempari itu menatap  kesal seperti mengatakan dari tatapannya 'kelakuan lo nih pasti.' Helmi mengedikkan bahu dengan tertawa paling keras.

"Azwar! Ngomong apa kamu tadi, hah?! Kamu ngatain saya?!" kesal Bu Lina.

Membuat Azwar yang kini berdiri menggeleng cepat.

"Nggak Bu, saya tadiㅡ"

"Keluar kamu dari pelajaran saya!" usir Bu Lina.

"Tapi Buㅡ "

"Nilai kamu saya kasih D kalo belum juga mau keluar!!" ancam Bu Lina.

"Lah nggak naik kelas dong saya kalo nilainya Dㅡ"

"Satu, dua...,"

"Iya Bu, iya," ujar cepat Azwar yang sudah pasrah dan keluar dari kelas sambil membawa buku tulis yang sempat menjadi tatakannya untuk tertidur.

"Thanks baby-ku sayang...," ucap Helmi merasa puas.

"Iih... Cila bukan bayi Helmi!" kesal Cila mencebikkan bibir dan kembali menulis beberapa hal yang penting dari papan tulis.

"Lah nih bocah dimanjain malah kesel sendiri," ucap malas Helmi.

Dan lelaki itu mengambil ponsel dan kembali bermain. Ia sengaja mengganggu Azwar karena dengkuran temannya itu sangat mengganggu permainannya.

-oOo-

"Rion, Cila pengen pindah ke Spanyol loh," ujar Cila kini yang sedang duduk di taman rumah Rion, sedangkan Rion yang sedaritadi hanya diam kini menatap bingung Cila.

"Loh, ke-kenapa?" tanya Rion khawatir, lalu lelaki itu menyentuh kedua bahu Cila, membuat Cila kembali meringis kesakitan.

"Jangan pegang bahu Cila, Rion!! Sakit tau?!" kesal Cila, heran kepada Rion yang selalu saja memegang bahunya.

"Eh? Sakit? Ck, maksudnya lo kenapa pengen pindah? Yang nemenin gue di sini nanti, siapa?" tanya Rion sekali lagi.

Menatap khawatir kedua bola mata bulat Adcila yang sedang menatap lugu Rion.

Choose Silence | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang