16

31 6 2
                                    

The chapter is short and typos are excessive.

Rion baru saja membuka pintu pagar rumah untuk motornya bisa masuk, tapi belum sempat ia kembali menaiki motor untuk dimasukan. Sebuah suara nyaring memanggil namanya.

"Rion!"

Tentu saja Rion menoleh mencari siapa yang telah memanggil namanya. Tapi dibuat bingung, karena ternyata Rezvan yang kini sedang membuka pagar rumah dan menghampiri Rion segera. Terlihat dari wajah lelaki itu sangat khawatir.

"Eh Bang, ada apa?" tanya Rion yang kini ikut mendekat, merasa tak sopan jika Rezvan mendekatinya lebih dulu.

"Gini Yon..., duh gimana ya ngomongnya, lo abis dari luar?" tanya Rezvan benar-benar terlihat gelisah.

"Iya Bang, emang kenapa sih? Udah bilang aja kali. Tarik napas dulu dah biar enakan dikit," jelas Rion mencoba menenangkan Rezvan yang kini mengikuti saran Rion yang menyuruhnya untuk tetap tenang.

"Gini, duh si Cila ini...," ujar Rezvan menggantungkan kalimat, tentu membuat Rion gemas sendiri.

"Apa sih Bang, jangan bikin gue bingung gini dong!" Rion mulai kesal.

"Cila... dia dari jam tujuhan sampe sekarang nggak pulang-pulang, bilangnya sih ke pesta temen. Tapi nggak balik-balik sampe sekarang, emang party jaman sekarang selama itu ya?" tanya Rezvan merasa janggal.

Membuat Rion sendiri mulai ikut bingung, pasalnya kan tadi Cila terakhir bersamanya dan ia kira Cila langsung pulang. Tapi ternyata gadis itu...

"Dia belum pulang?" tanya Rion heran.

Membuat Rezvan mengangguk cepat, dan tentu Rion tak kalah khawatir, jika begini namanya Rion yang salah karena merasa tadi membiarkan Cila pergi. Walaupun sebenarnya juga ia tidak tahu kalau akhirnya begini.

"Bang," panggil Rion setelah berpikir matang.

"Ya?"

"Gue aja yang nyari Cila," ujar Rion, merasa ia yang sudah membuat Cila tak pulang atau mungkin bisa saja karena waktu di mall ia memarahi anak itu, jadi Cila tak pulang.

Mungkin.

"Bener? Udah malem Yon, besok juga kita masih sekolah," jelas Rezvan, merasa merepotkan Rion jika membantunya mencari Cila.

"Tenang aja sama gue, gue sahabat dan semoga aja dia ke tempat rahasia yang gue tau. Ya udah gue nyari dia dulu Bang, elo di rumah aja," ujar Rion mencoba membantu Rezvan.

Semoga ia menemukan Cila. Tak terbayang gadis polos itu sendirian di malam yang gelap ini.

Huft... sesungguhnya Rion sangat khawatir dan merasa bersalah.

Walaupun tanpa Rion ketahui, Rezvan juga ikut mencari Cila. Karena tetap ia yang menjadi tanggung jawab selama Bunda dan Ayah tak ada di rumah.

-oOo-

Sepanjang pelajaran, Rion tidak henti-hentinya melamun, sudah dua guru menegur Rion karena tak fokus dalam belajar. Dan juga beberapa murid yang lain merasakan perbedaan sikap aneh Rion.

Cila tidak masuk dengan alasan izin ke rumah nenek dan tentu itu alasan yang membuat Rion semakin merasa bersalah. Beberapa kali Agneta yang duduk di belakangnya bertanya dengan sorot khawatir. Ada apa dengan Rion? Tumben sekali Rion tidak fokus dalam pelajaran.

Oh satu lagi, dengan hari yang sama Aluna tak masuk entah kenapa. Jadi Rion semakin mencurigai perempuan bernama Aluna itu. Benar-benar, jika saja Aluna masuk. Sudah dipastikan Aluna akan ia buat sesakit hati mungkin dengan perkataannya.

Choose Silence | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang