19

31 6 0
                                        

The chapter is short and typos are excessive.

Cila dengan wajah sendu masuk ke dalam rumah. Tercium harum makanan dari arah dapur, membuat wajahnya yang semula seperti sebuah baju tak disetrika itu kembali cerah layaknya anak kecil yang melihat sebuah kembang api. Cila segera berlari kecil, melihat siapa yang tengah memasak makanan.

Senyumannya terukir cantik saat melihat punggung seorang laki-laki dengan kaos biru dongkernya tengah sibuk mengoseng makanan, entahlah apa.

"Abang!" panggil Cila seraya mendekat.

Ingin melihat dengan jelas apa yang sedang Kakaknya itu buat. Rezvan dengan senyuman manisnya segera menyambut Cila dengan sebuah pelukan hangat. Rezvan memang pulang lebih dulu mengingat besok di sekolah bagi kelas dua belas akan ada bimbingan untuk Ujian Nasional walaupun Ujiannya memang masih beberapa bulan lagi.

Yang Rezvan tahu adiknya ini pulang dengan teman sekelasnya yang bernama Fa... Fathah, entahlah tidak tahu. Untungnya. Jadi ia tidak perlu kembali ke sekolah hanya untuk menjemput Cila.

"Abang lagi buat apa?" tanya Cila bingung saat melihat ada beberapa udang dengan bumbu merah sedang Rezvan aduk.

Sepertinya sebentar lagi selesai, membuat Cila tak sabar menunggu.

"Buat... udang... apa ya namanya? Abang namain udang pedes aja deh," jawab asal Rezvan, membuat Cila terkekeh.

"Abang nih ada-ada aja," ujar Cila.

"Cila, tolong siapin nasi sama piring-piringnya dong, maap nih kalo nanti kemanisan atau keasinan, abang baru belajar soalnya," jelas Rezvan.

Cila lalu mengangguk, "tenang aja Bang, kalo bahasa gaulnya mah, selaaw..."

Cila lalu melepas pelukan mereka dan segera menuju lemari piring untuk mengambil tempat nasi dan piring besar untuk menempatkan udang yang Rezvan buat. Kepala Cila sampai saat ini masih terasa pusing sehabis terbentur tadi. Dadanya selalu terasa sesak jika mengingat kembali kejadian waktu siang.

Selepas memberikan piring besar kepada Rezvan, menyimpan nasi di mangkuk besar. Cila ke kamar terlebih dahulu untuk mengganti baju.

Hari ini begitu terasa melelahkan. Untung saja Fathah dengan sukarela mengantarkannya ke rumah. Kalau tidak, entahlah. Mengingat ia sudah pusing dan tak bisa menunggu lama jika Rezvan menjemputnya.

Baik kembali kepadanya, Cila lalu menyimpan seragamnya di tempat pakaian kotor selepas mengganti seragam dengan legging hitam dan kaos biru converse. Menghempaskan tubuh ke ranjang untuk sebentar. Membuang sementara rasa lelah yang begitu terasa di bahu. Bahunya juga masih terasa sakit mengingat Agneta membenturkannya beberapa kali ke dinding.

"Cila!! Udangnya udah mateng!!" teriak Rezvan dari lantai bawah.

Bisa dibayangkan, bukan? Seberapa kencang Rezvan berteriak.

"Iya bang!!" jawab Cila tak kalah lantang.

-oOo-

Dengan kesal Cila menerima paper bag yang Rezvan berikan. Tadi Rezvan menyuruh Cila untuk mengantarkan setengah udang pedas ini ke rumah Rion. Tentu saja kesal, karena Cila sedang tidak mau bertemu lelaki itu.

Dengan malas Cila keluar dari rumah setelah menutup pagar dari luar. Berjalan pelan menuju rumah di sampingnya. Terlihat sekali lampu teras rumah itu baru saja dinyalakan. Mengingat azan magrib juga belum berbunyi. Mungkin beberapa menit lagi.

"Assalamualaikum, Mamah Rion!!" panggil Cila seraya membunyikan bel rumah yang berada di dekat pagar rumah Rion.

"Eh iya sebentar!!" teriak seseorang dari dalam rumah tersebut, menjawab panggilan Cila dengan suara yang sama-sama lantang.

Choose Silence | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang