30. Seperti Aisyah radhiyallahu anha

1.5K 165 1
                                    

Assalamu'alaikum teman-teman, saran dan kritiknya sangat aku tunggu!.

Perhatian! Baca ceritanya dengan tenang yak, Insya Allah bermanfaat.

😍


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ


Panti hari ini sangat sibuk seperti tidak biasanya, karena sang pendiri panti hari ini akan datang. Kabarnya, beliau akan menemui anak Ustadz D.r Harun, siapa lagi kalau bukan Muhammad Al-Fatih.

Mau tidak mau semua harus dipersiapkan dengan baik, dan tugas ini sangat memberatkan bagi anak yang sudah berumur lima belas tahun keatas untuk membantu Bu Jannah sebisanya.

Dalam hati, Annisa sangat senang sekali. Karena biasanya, sang pendiri panti akan mengunjungi panti jika bulan Ramadhan saja. Maka dari itu semuanya bahagia menyambut wali mereka.

Tapi kali ini, perasaan Annisa bercampur aduk. Entah jiwanya tidak bisa tenang, ia rasa ada sesuatu yang harus diputuskan segera.

Tentang lamaran yang ia terima, ia harus memohon ridha Allah malam ini. Hatinya sangat mantap akan keputusannya, dan menunggu sang malam kali ini terasa sangat lama.

Dari kejauhan, Dina menatap Annisa yang sedang memotong kue dengan tatapan heran, untuk mengatasinya iapun menghampiri Annisa yang sedaritadi melamun.

"Assalamu'alaikum," Salam Dina namun tidak bereaksi apapun pada Annisa.

"Assalamu'alaikum," Dina mengulang salamnya sembari menepuk pundak Annisa yang terkejut atas tepukannya.

Kesadaran Annisa belum kembali sempurna, ia menatap Dina dengan tatapan tanya, ia dengar Dina mengucapkan salam padanya tapi kenapa untuk menjawabnya lidahnya kelu, lalu ia putuskan untuk menjawabnya didalam hati.

"Salamnya dijawab atuh neng!," Ketus Dina dengan logat Sunda yang biasa ia dengar dari Pak Ujang—orang yang bertugas membenarkan barang yang rusak dipanti.

"Udah."

"Oh," Singkat Dina yang tidak ingin pusing bila berdebat dengan Annisa. Akhirnya ia putuskan untuk pergi saja padahal ia berniat untuk peduli pada Annisa tapi malah seperti ini.

"Teh," Panggi Annisa menghentikan langkah kaki Dina yang ingin pergi,"Aku mau bicara sama Teh Dina ba'da shalat Maghrib."

Dina hanya mengangguk malas, iapun melanjutkan langkahnya untuk pergi.

Tumben.

Satu kata itu yang muncul dibenak Dina, ia tidak menyangka bahwa Annisa akan berbicara serius padanya. Ia sangat tahu Annisa selama ini akan terbuka pada Salma atau Sarah, tapi kali ini memang cukup aneh.

Aneh?.

Bukankah Annisa manusia aneh?.

Seharusnya tidak ada masalahkan?.

🌸🌸🌸

"Teh, emangnya pak Kyai datengnya jam berapa?," Tanya Fauziah kepada Sarah, mereka berdua sedang mengelap piring sedangkan Annisa dan Dina menyusun makanan dipiring yang sudah dielap.


"Jam sembilanan."

"Wahh nggak ada kajian IRMAS dong, yesss!," Ucap Fauziah bergembira ria.

"Kata siapa, pak Kyai katanya mau ceramah sebelum bertemu dengan Al," Ujar Sarah mematikan senyum lebar Fauziah dan berganti dengan raut cemberut.

Annisa hanya diam memperhatikan Fauziah, Sarah, dan Dina berbicang tentang pak Kyai. Apalagi mendengar nama itu, yang langsung membuatnya semakin beku sekaligus langsung memusingkan otaknya.

MAHABBAH [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang