39. Iri Yang Baik

1.5K 167 2
                                    

Assalamu'alaikum teman-teman, saran dan kritiknya sangat aku tunggu!.

Perhatian! Baca ceritanya dengan tenang yak, Insya Allah bermanfaat.

😍

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

وَلَا تَلْبِسُوا الْحَـقَّ بِا لْبَا طِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَـقَّ وَاَ نْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

"Dan janganlah kamu campur adukkan kebenaran dengan kebatilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya."

-(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 42).

🐬🐬🐬

"Widihh, kaya orang meriang aja si, sarapannya bubur, nggak pake kuah lagi," Ucap Fauziah menghampiri ketiga manusia yang tekun memakan sarapannya, di meja bundar dapur Panti.

"Ya emang, dia lagi meriang Ziah. MeRindukankAsihsaYang. Caelahhh," Celetuk Dina.

"Ini mah parah si, masih pagi ngebucin terus," Sarah malah menimpalinya.

Annisa masih melanjutkan sarapannya tanpa memperdulikan celotehan ketiga makhluk disampingnya.

Sarapan seperti orang sakit ini, apalagi ditemani dengan teh tubruk pahit. Entah kenapa dipagi ini ia ingin memakannya. Maka dari itu, ia meminta Bu Jannah untuk memasakkannya khusus untuk Annisa. Sedangkan ketiga teman kamarnya, bersarapan nasi kuning dan secangkir teh celup manis.

Annisa menyeruput teh tubruk pahit yang kental dan pekat, ia menenguknya. Walaupun terasa pahit, rasanya sangat menenangkan jiwanya saat ini. Hanya tiga tegukkan yang dia ambil, selanjutnya ia taruh gelas kaca diatas meja.

Fauziah sedang sarapan, namun kefokusannya lebih kepada handphonenya. Melihatnya, membuat Annisa menggeleng pelan.

Anak sekarang dan anak zaman dulu memang jelas beda. Sarah dan Dina saja, handphonenya dipinggir piring sarapan, tetap fokus pada makanannya. Tidak seperti Fauziah.

Tangannya kembali mengambil gelas berisi teh, Annisa kembali meminumnya lagi. Selagi hangat, memang nikmat sekali rasa teh tubruk pahit itu. Segarr!.

"Ca, Ustadzah Faridah nyariin kamu tadi malam. Katanya, ada sesuatu yang penting," Ucap Sarah menyampaikan amanah dari Ustadzah Faridah.

Annisa langsung menaruh gelas kaca yang sedikit lagi tehnya habis, namun Sarah mengajaknya mengobrol.

"Ya udah, pulang sekolah aku langsung kerumahnya."

"Bersikap yang sopan ya, sama Camer," Goda Dina.

Fauziah yang peka atas perkataan Dina mengernyitkan dahi dalam, ia faham arah pembicaraannya namun ia tidak tahu, bahwa Annisa adalah calon menantu Ustadzah Faridah.

"Camer?, maksudnya, Ustadzah Faridah calon mertuanya Annisa?. Yang benar saja?. Kok bisa sih?, seriusan?!."

Annisa menatap Fauziah dengan datar, apa harus sekaget itu Fauziah tunjukkan. Tidak perlu sampai ia memajukan kepalanya menatap kaget Annisa tepat didepan matanya. Mainstreamlah.

MAHABBAH [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang