31. Allaah Hidupku

1.5K 163 4
                                    


Beautiful cover by: AllyAmanda2201

Assalamu'alaikum teman-teman, saran dan kritiknya sangat aku tunggu!.

Perhatian! Baca ceritanya dengan tenang yak, Insya Allah bermanfaat.

😍


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap."

-Q.S Al-Insyirah: 08

🌷🌷🌷

"Ca, Gus Umam tambah ganteng aja yah," Bisik Dina sembari menatap Umam yang sedang mengobrol dengan rekannya di tepian Aula, walau ada penyekat antara ikhwan dan akhwat, tapi masih terlihat karena posisi Umam.

Annisa melarikan pandangan mengikuti tatapan Dina, lantas ia langsung menatap Dina.

"Kata pak Syukron, seganteng-gantengnya orang atau secantik-cantiknya orang, tetep nggak ada bedanya dengan yang lain, sama. Kecuali mereka sudah menikah. Itu tandanya mereka udah laku."

Dina mengernyitkan dahi menatap Annisa,"Bilangin sama guru kamu itu, manusia dan barang tidak sama. Laku? Kaya jualan aja."

"Memang nggak sama dari fisik, tapi sama-sama ciptaan Allah. Itu cuma perumpamaan Teh," Ucap Annisa membela perkataan gurunya.

Dina hanya tersenyum seadanya, ia merasa bosan bila harus meladeni Annisa yang selalu berkata fakta, yang menyakitkan. Akhirnya, ia lebih memilih memandang Umam dari kejauhan.

Ini tahap pertamanya.

Untuk.

Mengikhlaskan.

Semua panti masih menunggu kedatangan Kyai yang katanya akan ke panti namun sekarang sedang berada di masjid dan sekitar setengah jam lagi, waktu yang sudah ditentukan akan tiba.

Maka dari itu, tidak ada yang menyusul pak Kyai sebelum waktu yang ditentukan tiba.

Segala persiapan sudah matang, Aula panti juga sudah dipenuhi orang yang ingin mendengar ceramah pak Kyai. Namun, masih ada yang mondar-mandir menjalankan tugas mereka yang belum beres.

Annisa mengeluh bosan, ia mengedarkan pandangannya. Segerombol dari Ustadzah Faridah dan guru lainnya berada paling depan. Lalu menatap orang yang berada disamping kanannya, Dina dan Fauziah yang asyik bercengkerama membahas pria. Ia larikan pandangan lagi menoleh sisi kirinya ada Sarah, namun sibuk sendiri dengan ponselnya.

Ini sangat membosankan, lebih baik ia kembali kekamar membaca buku, itu lebih baik. Dari pada, bingung sendiri, ia putuskan untuk kembali kekamar, toh acaranya setengah jam lagi.

Annisa beranjak dari tempat duduknya, tidak ada yang menyadari dirinya melangkah pergi. Saking, asyiknya mereka dengan dunianya.

Dalam perjalanan menuju kamarnya, banyak yang menyapa Annisa. Ia hanya membalas seadanya, kadang juga tersenyum pun seadanya.

Tidak berlebihan.

🌸🌸🌸

"Bagaimana keadaan pesantren pak Kyai?," Fatih menatap orang tua dihadapannya dengan senyum canggung, setelah pembicaraan yang menegang tadi.

MAHABBAH [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang