22.

6.3K 137 9
                                    

Aku yakin, tidak ada penantian yang sia sia. Tidak ada pengorbanan yang tak mencapai hasilnya.
Jika memang bukan kebahagian.
Barangkali sebuah pembelajaran.

💗💗💗


Rara mendengus mendengar ucapan Ira yang memperkeruh suasana. Pasalnya, kalimatnya membuat isakan terdengar semakin keras dan mengganggu telinga.

"Sudah sudah, gak ada gunanya jika kalian terus menangis seperti ini."

Semuanya diam mendengar perkataan Rara, menetralkan tangisan mereka. Zahra masih mengeluarkan air matanya walaupun tidak sederas tadi, Runaya merangkul isteri Alvin itu sembari mengelus punggungnya untuk menenangkan. Sedangkan Alifia masih pada posisi nyaman di pelukan Ira, Refan pun melakukan hal yang seperti Runaya lakukan kepada isteri dan cucunya itu. Tadinya Refan ingin memberikan petuah petuah bijak untuk menenangkan anak gadisnya yang sedang dilanda kesedihan, tapi keadaan Zahra membuat Refan mengurungkan niatnya. Mungkin nanti.

"Zah, mama mau ke toilet dulu ya sayang. Biar Rara yang temenin kamu" Runaya berbisik pada Zahra kemudian berlalu setelah mendapat anggukan dari isteri mantan menantunya itu.

Setelah Runaya pergi, Rara mendekat kepada Zahra dan berbisik kepadanya, berbisik sangat pelan agar yang lain tidak mendengar pembicaraan mereka. "Gimana soal wanita sialan itu?"

Zahra tersentak dengan kehadiran Rara yang kini sudah berada disampingnya, mendongak dan menatap mata Rara, membersihkan sisa air matanya. "Andhini maksud kamu?"

"Hm.."

"Dia udah dipenjara, dia langsung mengakui kalau memang dia yang menusuk kak Alvin."

"Kalau sampai Alvin kenapa napa! Gue bakal tuntut hukuman mati buat dia!" Rara mengepalkan tangannya geram.

"Enggak usah, Ra."

"Apa maksud kamu gak usah? Pembunuh itu udah buat Alvin menderita!"

"Aku malah pengen Andhini itu di rehabilitasi sampai kejiwaannya bisa benar benar baik. Agar dia bisa menjalani kehidupannya dengan normal lagi."

"Kamu sama suami kamu itu memang sama zah. Terlalu baik, terlalu naif, berhati malaikat bahkan sama iblis seperti wanita itu. Cocok kalian! Jodoh.."

Zahra tersenyum miris, lalu air matanya kembali berlinang, dia kembali mengingat senyum Alvin yang selalu menggodanya, berbanding terbalik dengan keadaan Alvin yang sekarang.

"Aku udah anggap Alvin seperti adikku sendiri zah. Pokoknya kamu setuju atau gak setuju, kalau Alvin mati! Aku akan tuntut hukuman mati juga buat Andhini atau membiarkan dia hidup dengan penuh penderitaan." Ucap Rara mantap.

***

Wanita dengan pakaian khas tahanan itu sedang mencoret kalender yang tertulis tanggal hari ini.

"Lima belas tahun lagi gue akan keluar dari penjara ini dan menjalani hidup bahagia seperti yang gue mau. Hmm, gimana kabar Alvin ya? Dia dikubur dimana ya kira kira? Ahh.. setelah gue keluar lima belas tahun lagi hal pertama yang gue lakuin adalah ziarah ke kuburan Alvin hahahahahahaha... Oh iya? Anaknya! Setelah gue keluar anak Alvin pasti udah besar, tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah. Atau jangan jangan dia udah bunuh diri mau nyusul bapaknya? Hahahahahahahahaha..." Wanita itu tertawa sangat kencang atau terkekeh geli di setiap kata yang ia ucapkan.

Imam Impian {Next Part}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang