25.

1.6K 73 1
                                    

Kebahagiaan yang sempurna, di uji oleh kebohongan.
Cinta yang teramat dalam, apa akan berakhir kekecewaan?

💗💗💗

"Kak Alvin tunggu sebentar disini ya. Zahra mau ke dapur dulu.." ucap Zahra sembari mencubit pipi kanan Alvin, strategi agar suaminya itu tidak protes karna ditinggal.

"Kakak ikut aja yaa.." jawab Alvin beranjak dari duduknya, mengikuti Zahra yang sudah berdiri.

"Gak usah kak, kakak disini aja nonton tv. Nanti Zahra bawain makanannya. Sebentar aja kok.."

Alvin mengangguk pasrah.

Zahra tersenyum dan pergi menuju dapur, meninggalkan Alvin duduk di ruang tamu sendirian.

Sepuluh menit Alvin duduk sambil terus menghela nafas, menekan tombol remote tv berkali kali tapi tidak ada acara apapun yang diminatinya, main handphone pun sudah bosan dia lakukan. Alvin melihat sekeliling rumah, Alvin sangat jarang ke rumah ini, rumah yang cukup besar walaupun tak semewah rumah lamanya. Alvin berdiri dan mulai memikirkan sesuatu, sepertinya dia harus berkeliling rumah mertuanya ini, dan tujuannya adalah kamar Zahra. Isterinya itu belum pernah mengajaknya ke kamar.

Alvin beranjak menuju dapur, berniat untuk meminta izin Zahra agar dapat mengunjungi kamarnya.
"Ahh- tapi enggak, Zahra pasti banyak alasan, saya langsung aja ke atas nyari kamarnya dimana. Tapi kalau dikunci gimana? Udah deh, survey lokasi aja dulu, lagian kan saya suaminya" Alvin berbicara pada dirinya sendiri, di selingi cengiran pada akhir kalimatnya

Alvin pun naik ke lantai dua rumah mertuanya tersebut. Mencari dimanakah kamar milik Zahra, namun tak butuh waktu lama dirinya mencari, salah satu pintu dari sekian banyak ruangan disana, terdapat papan yang bertuliskan 'Kamar zahra'

Alvin membuka pintu kamar itu dan bersyukur karna pintunya tidak dikunci.

Kamar yang sangat rapi, bercat pink dan ada sedikit bagian berwarna abu abu. Ada meja belajar, dan juga lemari buku yang sudah kosong, karna Zahra sudah membawa seluruh buku bukunya ke rumah Alvin. Hanya ada lampu belajar berwarna hijau, beberapa alat tulis, dan satu buku yang terletak di meja belajar zahra. Buku berwarna hitam mirip seperti buku agenda, buku tersebut ditimpa oleh alat tulis, sepertinya Zahra lupa membawanya atau mungkin sengaja karna buku tersebut sudah tak terpakai?

Alvin iseng mengambil buku itu, membukanya dan senyumnya terukir karna mengetahui bahwa itu adalah buku diary Zahra.

Alvin membalik halaman buku itu. Halaman pertama, dia tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Halaman kedua, Alvin tertawa kecil sambil menutup mulutnya. Halaman ketiga senyum Alvin memudar. Dia membaca tulisan dari halaman itu secara perlahan.

5 Juni 2011

Imam impian (ku)

***

Zahra memasang senyum puas saat dia datang menemui Alvin dengan membawa sepiring pisang goreng yang dia buat sendiri.

Alvin sedang duduk manis mengotak atik ponselnya dengan wajah datar dan dingin membuat Zahra tau bahwa suaminya itu sedang memikirkan sesuatu.

"Kak Alvin.." Zahra memanggil, lalu meletakkan piring di atas meja

Alvin menoleh dengan tatapan yang sama. "Udah selesai?"

Imam Impian {Next Part}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang