30.

1.9K 87 4
                                    

Mengapa Allah sangat baik?
Hingga mengirimkan kamu dan hatimu yang lembut itu?
Apapun itu, aku hanya ingin mengucapkan terimakasih.
Terima kasih telah mencintaiku..

💗💗💗

Setelah menyelesaikan sholat isya, ketenangan dalam hati Zahra semakin terasa ketika melihat wajah putih Alvin yang sedang serius dengan laptop di paha-nya. Lelaki itu sedang mengerjakan urusan kantornya sambil menyandarkan punggung di kepala ranjang.

Dengan gerakan manja Zahra ikut membaringkan setengah tubuhnya di samping Alvin. Menatap lekat lekat wajah serius suaminya itu hingga yang dilihat merasa heran sekaligus tak nyaman.

"Kenapa liatin kakak kayak gitu?" Alvin menyipitkan matanya yang memang sudah sipit.

"Gak papa, kak Alvin makin ganteng kalau lagi serius kayak gitu" Zahra terkekeh pelan

Alvin menggeleng dan tersenyum kecut kemudian dia kembali mengalihkan pandangannya ke layar laptop.

Zahra cemberut, kenapa Alvin tidak bereaksi? Ketika dirinya benar benar merendahkan egonya dan memuji Alvin, kenapa Alvin berubah dari biasanya? Pikiran pikiran tak jelas mulai membuat hati Zahra merasa tak nyaman.

"Kak Alvin kok biasa aja. Zahra muji kakak loh, ini.."

Alvin melirik raut wajah Zahra yang berubah sedih, oh, betapa melelehnya hati Alvin melihat gadisnya ini bersedih... Dan itu karena dirinya..

"Kamu pengen dimanja manja sama suamimu ini, ya?" Alvin berujar santai. Tanpa menatap Zahra, tangannya dengan cepat memindahkan laptop dari pahanya menuju meja yang ada di samping kirinya.

"Sini, tidur di paha kakak.." Alvin menepuk nepuk pahanya sendiri, menginstruksikan Zahra agar menidurkan kepalanya di atas paha Alvin.

Pipi Zahra memerah, menatap Alvin takut takut sekaligus tak percaya. Mengapa suaminya ini selalu to the point?

"Sini sayang, biar kakak kelonin.." Alvin tersenyum sangat lebar, kemudian ia tak dapat menahan seringainya.

"Kak Alvin! Mau ngerjain Zahra, ya.."

"Enggak, sini cepat.."

Zahra tersenyum geli, terlihat wanita cantik dengan rambut panjang yang hitam lebat itu sangat antusias ketika menyenderkan kepalanya pada paha Alvin, saat itu juga jari jari tangan Alvin menyentuh lembut ubun ubunnya, mengelus rambut indahnya.

"Tetap seperti ini sayang. Tetap jadi isteri kakak yang manja, walaupun kamu pada dasarnya wanita kuat dan tak suka berleha-leha. Kamu harus tetap seperti ini sama kakak, jangan hanya anggap kakak suami kamu, tapi jadikan kakak sebagai sahabat, saudara, bahkan ayah kamu sendiri, tempat kamu bebas membuka semuanya, bertanya ataupun meminta pendapat, kalau ada masalah, setelah curhat sama Allah, curhatnya sama kakak. Ya?"

Zahra menatap lekat netra Alvin yang juga menatapnya serupa. Ya Allah, imam seperti apa yang kau berikan kepada Zahra? Bahkan ini lebih dari impiannya..

"InsyaAllah kak, insyaaAllah.." jawab Zahra sembari tersenyum manis.

Alvin mencubit pelan pipi mulus Zahra yang warnanya sudah mulai menjadi pink kemerahan.

Imam Impian {Next Part}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang