36.

1.3K 66 12
                                    

Pikiran rancu menggelora di dalam kalbu.
Naungan abstrak memenuhi sanubari ku.
Rencana jahat, mulai akur dengan egoku.
Jiwaku pun lalai dikuasai nafsu.

-Anita Zahra-

💗💗💗

Gina's POV

Aku berjalan ke tempat dimana dulunya aku dan Gita sering bercerita, bersama kedua orang tua kami, bercengkrama sembari tertawa.

Kini semua telah berubah, sejak mama dan papa pergi meninggalkan kami saat kecelakaan itu terjadi. Aku kalap. Gita tak terarah. Aku terlalu gencar bekerja untuk memenuhi ekonomi kami, sedangkan Gita terus larut dalam egonya. Dia menganggapku tak peduli dengan apa yang terjadi padanya. Padahal aku bekerja semata mata karena memikirkannya. Bagaimana dia tetap sekolah, aku putuskan untuk berhenti kuliah. Bagaimana agar kami tetap memiliki rumah, aku relakan tubuhku sebagai mainan pria. Gita adalah permata ku, dia adalah seorang penting dalam hidupku. Dulu dia dan Andhini, tapi sejak Andhini mengkhianatiku waktu itu, aku hanya punya Gita.

Tapi dengan teganya dia melakukan ini, dia menusukku hingga aku harus merasakan sesak yang berkepanjangan. Aku akan lebih bersyukur jika Gita membunuhku dengan belati tajam sekarang juga, paling tidak aku bisa mati tanpa bunuh diri.

Author's POV

Gadis dengan rok span abu-abu berjalan cepat dengan langkah angkuh mendekati tempat dimana Gina berdiri.

"Kak, gue mau cabut hari ini"

Gina menatap nanar mata sang adik dengan penuh harap dan kesedihan.

"Apa kita tidak bisa bicara sekali lagi Gita?, Menikah itu bukan sesuatu yang main main, bagaimana dengan sekolah kamu? Selama ini kakak berjuang agar kamu bisa sampai di titik ini, setelah lulus bisa dapat pekerjaan yang jauh lebih baik dan bantu kakak cari uang. Kamu mau melepaskannya semudah ini?"

"Oh! Jadi selama ini Lo pamrih sama gue! Lo gak ikhlas cari uang untuk sekolah gue. Apapun ceritanya, sekolah gue itu tetap tanggung jawab Lo, karena Lo anak tertua dan pengganti mama sama papa"

Gina menunduk lesu, ini bukan Gina yang biasanya, energi Gina semakin lemah, sangat lemah.

"Tapi, menikah diusia semuda ini?"

"Udahlah! Setelah gue melahirkan gue pasti lanjut sekolah lagi, dibiayain sama Angga. Gue udah gak perlu Lo lagi setelah ini!!"

Gita mengambil langkah cepat dan meninggalkan Gina sendirian melanjutkan lamunannya.

"Terkadang aku berpikir, kenapa setiap orang yang aku cintai pada akhirnya harus pergi, dan kenapa sebelum pergi, mereka masih sempat menancapkan duri yang membikin perih?"

***

"Allahuakbar!! MasyaaAllah.. ini serius restaurant Zahra, kak Alvin?"

Alvin mengangguk, sontak zahra langsung menyambar tubuh Alvin dan memeluknya.

"Kamu suka, kan?" Tanya Alvin disela pelukan mereka.

Zahra melepas dipelukannya dan mengangguk cepat di hadapan Alvin.
"Makasih ya kak,, zahra gak pernah menyangka kalau zahra bisa punya restaurant sebagus ini, desainnya, dekorasinya, semuanya sesuai dengan selera zahra."

Imam Impian {Next Part}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang