Ada sendu malam ini, beriringan bersejajar dengan gerimis hujan yang berani. Sambil duduk di bawah rinai ini, aku menantikan tawamu yang selalu menggangguku. Kurindukan geliat menjamu saat memelukku.
Namun Zahra, saat dia datang dalam kehidupan kita, lingkup cinta kita berubah gulita. Menoreh kecewa. Saat kau memutuskan untuk menyerahkanku kepadanya.
-Alvin
💗💗💗
Zahra takut melihat tatapan Alvin yang terlihat sangat menyeramkan. Alvin semakin mendekatkan wajahnya dengan wajah Zahra.
"Kaa..kk, kakak mau apa?"
"Saya cuma mau kamu mengerti Zahra" Alvin menarik dahinya dari dahi Zahra, memejamkan matanya beberapa detik lalu kembali melototi istrinya yang sedang ketakutan itu.
Cup.
Satu kecupan mendarat pada bibir ranum Zahra. Untuk pertama kalinya ia mendapat kecupan, ia ingin berteriak sekeras mungkin namun itu malah akan menjatuhkan harga dirinya. Alvin berhak melakukan apapun karena mereka adalah suami istri, kan?
"Harusnya kamu tau Zahra. Saya hanya mencintai kamu, tapi dengan menyuruh saya menikahi perempuan lain kamu seperti menginjak kesetiaan saya."
Air mata Zahra jatuh dari sudut kanan matanya, dia terharu sebab sang suami selalu menunjukkan rasa cinta dari segala perbuatannya. Tapi tak lama sudut kiri dari matanya mengeluarkan air pula, air mata kesedihan. Alvin berpikir bahwa Zahra tidak menghargai kesetiaannya, sungguh maksud Zahra bukan begitu, menurutnya ini adalah pengorbanan, demi hidup seseorang, dia rela menanggung penderitaan.
"Kak, Zahra tidak pernah punya maksud seperti itu, kak Alvin tau Zahra sangat mencintai kamu kan?"
Alvin menjauhkan tubuhnya, membelakangi tubuh Zahra. Ekspresinya yang kesal berubah menjadi senyum jengkel, tentu saja menutupi rasa kesal juga.
"Bahkan saya ragu dengan cinta kamu sekarang, Zah."
Zahra menggeleng, merasa tak percaya Alvin akan bicara seperti itu. "Tega sekali kak Alvin bicara begitu, jangan pernah sekalipun meragukan cinta Zahra."
Alvin membalikkan tubuhnya lagi, dia melihat mata sang istri dengan serius "kamu tidak terima cinta kamu diragukan? Kamu gak suka? Kamu tersinggung? Begitulah saya sekarang Zah, Saya amat tersinggung dengan permintaan kamu!"
"Kak, cobalah mengerti, Zahra tidak punya niat melukai kesetiannya kakak, mba Gina membutuhkan kak Alvin, bagaimana jika dia nekat bunuh diri lagi setelah kak Alvin menolak dia? Bagaimana kalau dia nanti menikah dengan laki laki jahat, yang ingin memanfaatkannya?"
Alvin bertepuk tangan dengan tempo perlahan, tersenyum jengkel, lalu ia menyeka ujung matanya yang sudah basah, tetap berusaha ditahannya agar cairan bening itu tidak menerobos keluar.
"Kamu sangat mulia Zahra. Kamu sangat baik. Tapi kamu sangat sangat egois, sayang."
Zahra menggeleng tidak terima "justru kak Alvin yang egois di sini, apa kakak tidak pernah merasakan cinta mba Gina? Apa kakak tega membiarkan wanita malang itu menderita? Posisinya sekarang dia yang korban kak."
"Iya Zahra, terserah jika kamu menganggap saya yang egois, tapi untuk saya tetap kamu yang egois. Kamu memikirkan perasaan Gina, sangat memikirkan hidupnya, seakan akan kamu tau apa yang akan terjadi setelah ini. Padahal hanya Allah satu satunya yang tau apa yang akan terjadi di dunia ini, skenario Allah tidak pernah disangka sangka. Kamu egois karena hanya memikirkan Gina saja, kamu tidak memikirkan saya ataupun diri kamu sendiri, seakan akan gak ada jalan lain.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Impian {Next Part}
EspiritualPART 1-21 ADA DI CERITA OLEH AKUN PERTAMA SAYA @anitazahr_ PART 22-TAMAT ADA DI CERITA INI. YANG BARU BACA BISA CEK AKUN PERTAMA SAYA. 💗💗💗 [END] Genre > Spritual-Romance Siti Fatimah Az-Zahra Dia mencintai sahabatnya. Walaupun tidak mendapat bala...